Siap Terluka

136 21 2
                                    

WARNING!
*
Dilarang mengcopy seluruh atau sebagian isi tanpa seizin penulis. Cerita sudah diterbitkan, memiliki hak cipta dan terdaftar di ISBN
*
*
*

"Saya ... saya ... sedang mengunjungi kerabat jauh." Hema tersenyum lembut, mata tajamnya memberi perintah agar Bara segera berpindah.

"Kamu ngapain di sini?" tanya Hema berpindah ke sisi gadis itu. Lalu, mengambil alih koper kecil yang sedang Chelsea genggam.

"Hanya liburan," jawabnya berkelit.

"Oh. Biar saya bantu bawa kopermu." Tangan Hema meraih tas yang di selempangkan di bahu Chelsea.

"Em, nggak perlu. Tas yang ini biar saya bawa saja."

"Kenapa? Kamu takut saya mencuri barangmu?" tanya Hema lembut. "Kan, pencurinya kamu," goda Hema lagi.

Wajah putih itu memerah, memandangi Hema dengan sedikit kesal. Terdengar suara hentakkan kaki seraya memutar badan berjalan ke arah belakang.

"Saya bukan pencuri!" ketus Chelsea, tangannya meremas tali tas di bahu.

Hema hanya tersenyum, lucu melihat ekspresi yang ditunjukkan Chelsea. Lalu, tangan terulur saat Bara mendekati dan berjalan melewatinya.

Bersih, rapi, dan tak disadari. Entah sejak kapan barang bukti itu beralih ke tangan Hema. Yang jelas tanpa Chelsea sadari, tangan lelaki itu telah merogoh tasnya dan mengambil apa yang diincar mereka.

Menakjubkan atau mengerikan? Saat kita berada di dekat orang yang tak kita sadari, gerakannya mampu melumpuhkan lawan dalam sekali kedipan mata.

***

Hema meletakan koper kecil itu di depan pintu sebuah penginapan. Matanya menelisik ke dalam kamar, menyisir keamanan dari depan pintu.

"Berapa lama mau liburan di Bandung?" tanya lelaki itu.

"Hem, mungkin 3-4 hari."

"Sendirian aja?"

"Enggak! Sama Malaikat juga," jawabnya jutek.

Hema terbahak, tangannya memasukan koper ke dalam kamar, tanpa berpindah dari ambang pintu.

"Jangan terlalu jutek," goda Hema.

"Kenapa?" 

"Nanti kecantikkanmu semakin menarik untuk digoda."

"Hais ... dasar buaya!"

Hema kembali terbahak, "Masuklah, jangan lupa kunci pintunya."

"Hem," jawab Chelsea.

"Ingat untuk tidak membukanya sebelum melihat siapa yang datang dari dalam."

"Hem."

"Jaga jarakmu sama orang asing. Jangan sampai lengahmu menjadi kesalahan yang tak kamu sadari."

"Hem," balasnya lagi.

"Ya sudah. Saya pergi."

"Eh ... udah mau pergi. Kirain khotbahnya berakhir dua hari lagi."

Hema kembali terkekeh, ternyata dari tadi gadis itu sudah jenuh.

"Ya sudah. Istirahatlah. Jika ada sesuatu, kamu bisa hubungi saya."

Gadis itu mengangguk, lalu silangan tangan di depan dada ia turunkan. Perlahan lelaki dengan rambut yang terikat sebagian itu berjalan menjauh.

"Hema," panggil Chelsea lagi.

Yang dipanggil hanya menoleh, menantikan kalimat selanjutnya yang akan dilontarkan gadis itu.

"Apakah ... Anda paham dengan kota ini?"

Pena Cinta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang