Pengesahan

130 21 5
                                    

WARNING!
*
Dilarang mengcopy seluruh atau sebagian isi tanpa seizin penulis. Cerita sudah diterbitkan, memiliki hak cipta dan terdaftar di ISBN
*
*
*

Berulang kali kelopak mata itu mengerjap, merasakan sentuhan dingin di setiap sudut wajahnnya.

"Hei, Chelsea ... bangun, Sayang."

Chelsea terlonjak kaget, mendapati pria itu berada tepat di hadapannya. Gadis itu menghela napas panjang, sebuah pukulan mendarat di lengan Hema.

"Hema! Kenapa suka sekali muncul tiba-tiba?" tanyanya ketus.

Hema tertawa, lucu melihat ekspresi istrinya yang baru saja kembali dari lelapnya.

"Eh, tunggu! Ngapain kamu ada di kamarku pagi-pagi begini? Ha?" tanyanya ketus.

Hema terkekeh, ia berjalan ke arah cermin dan menyisir helaian rambut panjangnya.

"Lihatlah, hem?" tunjuk Hema ke arah badan Chelsea.

Chelsea menurunkan pandangannya, matanya mendelik. Detik kemudian tubuh itu hilang di balik selimut. Bagaimana dia bisa tidak mengenakan apa pun?

Gelak tawa lelaki itu semakin pecah. Derap suara langkahnya mendekat, lalu terasa dudukan di tepi ranjang.

"Ayo bangun, kita salat dulu. Nanti subuhnya keburu berlalu."

Hening. Gadis itu bergeming.

"Sea," panggil Hema lembut.

Ragu, gadis itu menurunkan selimutnya. Sebuah kepala menyembul dari balik kain itu. Merah, bahkan tomat kalah dengan semu di pipinya.

"Apa yang kamu lakukan padaku, Hema?" tanya Chelsea malu.

Hema tertawa, sampai jajaran giginya terlihat jelas. "Menurutmu apa? Hem?" tanya Hema balik.

Bibir itu memanyun, mengerucut panjang, dengan genggaman tangan yang meremas ujung selimut tebalnya.

Melihat eksrpesi Chelsea, Hema mendesah panjang.

"Kamu tidak rela aku melakukan itu padamu?" tanya Hema lembut.

"Bu-bukan begitu," jawab Chelsea lemah.

"Lalu?" Hema menaikan sebelah alis matanya.

"Aku, aku hanya malu." Gadis itu kembali membenamkan tubuhnya di balik selimut.

Membuat lengkungan di wajah tampan Hema semakin mengembang. Gemas melihat ulah Chelsea yang begitu lugu.

Lelaki itu menarik kedua kaki Chelsea yang ada di dalam selimut. Terdengar gadis itu meronta. Cepat kepalanya keluar dari dalam selimut. Disambut kecupan di atas bibir sensualnya.

Mata bulatnya melebar, memandangi Hema lekat dan dalam. Terdiam, menikmati pahatan indah wajah tampan suaminya.

Tangan kekar itu membelai rambut Chelsea. Menyingkap rambut yang menutupi sebagian bahu mulusnya. Lalu ciuman lembut mendarat di kulit leher putih itu.

Beberapa kali, membuat sang empu bergidik, merinding.

"He-hema," panggil Chelsea tertahan.

Pena Cinta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang