WARNING!
*
Dilarang mengcopy sebagian atau seluruh isi cerita. Naskah sudah diterbitkan, memiliki hak cipta beserta terdaftar ISBN
*
*
*Suara derap langkah berlari dengan tergesa, seraya memasukan laptop ke dalam ransel. Gadis itu berlari ke arah sang Mama.
"Ma, Chelsea ada kerjaan. Pamit, ya, Papa mana?" Dia bertanya, tangan masih sibuk dengan buku baru yang masih tersegel pastik.
"Ke rumah Pak RT, lagi ada musyawarah."
"Ya udah, deh. Kalau gitu Sea keluar, ya, mungkin pulang agak malam. Sea lagi ada event, Ma."
"Hem. Jangan matikan hape, dengar!"
"Iya." Gadis itu menyambut tangan sang Mama. Menciumnya takzim, lalu kakinya berlari ke arah luar.
Sebuah tangan meraih ransel yang Chelsea kenakan, menarik dan memutar badan itu. Terbenam, di dalam dada bidang seseorang.
Aroma maskulin yang pernah Chelsea cium beberapa waktu lalu, kini kembali terasa. Secepatnya, gadis itu menolak badan Hema dan mundur beberapa langkah.
"Assalamualaikum, Sea."
"Waalaikum salam."
"Papamu ada?"
"Nggak ada. Lagi di rumah Pak RT. Sorry, Hema. Aku duluan ya."
Gadis itu akan berlari pergi, kembali tangan kekarnya menarik ransel yang Chelsea gunakan dan memutar badannya lagi. Terbenam kembali di dada bidangnya.
Chelsea menolak dada Hema keras, lalu pukulan berulang kali mendarat di dada bidang itu.
"Ish ... Hema! Kenapa suka kali begitu?" Pukul Chelsea geram.
Hema terbahak, gemas melihat wajah kesal gadis berhijab itu. Pipinya akan memerah tanpa harus di lapisi make-up.
"Mau ke mana? Lari-lari segala?"
"Mau ke kafe, ada event bukuku dua puluh menit lagi."
"Truffle box?"
"Yang paling dekat, terserah di mana. Yang penting jaringannya kenceng," sahutnya kesal. Bibir berwarna nude itu memanyun, dengan tangan yang sesekali menaikan tali ransel.
"Aku antar saja, mau?"
"Ya udah. Ayo!" ajaknya ketus.
Pemuda itu terbahak, lalu tangan mengacak puncak kepala berhijab Chelsea. Gadis itu mencebik kesal, tangannya memukul lengan Hema kasar.
Sepanjang perjalan, Chelsea masih sibuk pada buku yang ada di tangannya. Membaca setiap lembaran tulisan tangannya.
Hema memandang menggunakan ekor mata, terdengar helaan panjang keluar dari bibirnya.
"Sea."
"Ya."
"Maaf untuk kejadian malam itu," sesalnya
"Hem. Dimaafkan," balas Chelsea tanpa melihat ke arah Hema.
Hema kembali melirik. "Sea, untuk tawaranku yang ingin melamarmu. Tidak bisakah kamu pikirkan lagi?"
Gadis itu terdiam, pandangan masih terfokus pada lembaran bukunya. Namun, kini pikirannya mulai bercabang.
"Aku ... serius ingin menikahimu, Sea."
"Hema." Chelsea menghela napas, menatap Hema yang ada di sebelahnya.
"Aku rasa kita masih butuh waktu untuk saling mengenali satu sama lain. Bahkan sampai detik ini saja, aku tidak mengenalmu lebih dari sekadar namamu aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pena Cinta [END]
RomanceSeorang penulis muda bertemu dengan lelaki asing yang selalu menggombalinya. Berawal dari kata kagum, yang berujung pada keinginan untuk memiliki.