Ending

188 30 17
                                    

WARNING!
*
Dilarang mengcopy seluruh atau sebagian isi tanpa seizin penulis. Cerita sudah diterbitkan, memiliki hak cipta dan terdaftar di ISBN
*
*
*

Hema menarik ransel putih milik Chelsea, memasukan beberapa buku yang tertumpuk di atas meja. Sedangkan, gadis itu tengah mematut diri di depan cermin. Melilitkan selendang panjang berwarna coral pada kepalanya. 

"Tunggu," tahan Hema saat jari Chelsea ingin menusukkan jarum pentul di bawah dagu.

"Jangan pakai jarum seperti itu lagi, Sayang. Bahaya!"

Gadis itu memutar bola matanya, memilih mengalah pada sikap posesif suaminya. Mengaitkan peniti di bawah dagunya.

"Coba sini aku lihat," pinta Hema.

Chelsea mendongak, memperlihatkan kaitan peniti itu telah aman di dagunya. Sebuah bibir dingin menyentuh dagu Chelsea. Mengecup dengan lembut.

Chelsea terkekeh seraya memukul bahu Hema yang masih membungkuk.

"Modus kamu!" ucap Chelsea malas.

Hema tertawa, berjalan keluar dengan merengkuh bahu Chelsea. Menuju teras depan yang ada Roy dan Santi bersantai di penghujung sore.

"Izin, ya, Pa. Hema ada diskusi sama tim." Hema meminta tangan Roy untuk dicium. Lalu, berpindah pada Santi yang ada di sebelah Roy.

Diikuti Chelsea yang ikut-ikutan mencium tangan Roy.

"Lah, ini kamu mau ke mana?" tanya Roy ketika anaknya ikut mencium tangannya.

"Mau ke Truffle Box."

"Hem, diintili terus," ledek Roy yang mampu membut tawa Hema berderai.

Lelaki itu meraih puncak kepala Chelsea, mengacaknya geram.

"Pamit, ya, Pa."

Langkah itu beriringan berjalan keluar dari halaman. Gang yang sempit tidak bisa dimasuki oleh mobil berbadan besar milik Hema.

Lelaki berdarah Nias itu tak membawa Chelsea pulang ke huniannya karena takut tidak ada yang menjaga gadis itu ketika ia tinggal tugas.

Tak terasa tiga bulan berjalan, sering kali Hema bermalam di luar. Kadang saat libur seperti ini masih harus tertuntut oleh pekerjaan.

Beradaptasi dan berusaha untuk saling memahami. Itu yang saat ini mereka lalui. Berada pada dua dunia yang berbeda, jelas membuat banyak perbedaan dalam pernikahan mereka.

Menjalani pernikahan bukan untuk sehari atau dua hari. Saling mengalah dan mencoba untuk selalu membicarakan masalah. Walau terkadang ego masih menguasai pikiran sang wanita.

Imam, adalah sosok yang membimbing untuk meluruskan apa yang bengkok. Dengan kesabaran, kelembutan, dan juga pemahaman. Karena wanita makhluk yang perasa, dia akan semakin patah jika dibimbing dengan cara yang salah.

"Eh, Akang Kerupuk. Tiga bulan jadi suami Chelsea makin hensem aja ini," celetuk salah satu ibu-ibu yang duduk bersama jajaran kaumnya di depan teras ketika Chelsea berjalan melewati mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pena Cinta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang