WARNING!
*
Dilarang mengcopy seluruh atau sebagian isi tanpa seizin penulis. Cerita sudah diterbitkan, memiliki hak cipta dan terdaftar di ISBN
*
*
*Roy langsung mendekati Santi dan Khalida yang berdiri di depan pintu. Sedikit berteriak seraya memanggil nama Chelsea.
"Ada apa?" tanya Roy ketika melihat sang istri yang memanggil nama anaknya. Sedikit histeris.
"Chelsea pergi, Om," jawab gadis itu lembut.
Roy menatap Imam yang baru saja ia jemput. Lalu, menarik Santi masuk ke dalam.
"Apa yang terjadi? Kenapa Chelsea bisa pergi?" tanya Roy berusaha untuk tetap tenang.
"Key nggak tau, tadi selesai dandan Sea terburu-buru keluar dan langsung pergi. Bahkan dia nggak mendengar panggilan Tante."
Roy menarik napas, tangan keriput itu mengusap wajah tuanya kasar. Anak itu masih saja bertingkah mengikuti emosinya. Roy menatap Pak Imam yang baru saja ia jemput. Bagaimana menjelaskannya pada Hema dan juga rombongan?
Roy mengeluarkan ponselnya, mencoba menelpon nomor Chelsea. Beberapa kali tersambung, tetapi sama sekali tidak diangkat.
"Pa, bagaimana ini? Sebentar lagi Hema akan sampai?" tanya Santi bingung.
"Tenanglah, Ma. Mungkin Sea hanya beli sesuatu di luar. Kita tunggu sebentar lagi."
"Tapi Sea keluar dengan wajah marah, Pa. Mama takutnya Sea batalin acara ini tiba-tiba."
Roy hanya bisa menghela napas, saat ini firasatnya juga mengatakan hal yang sama.
"Assalamualaikum," sapaan dari luar rumah semakin membuat Santi gelapan. Wanita gempal itu mengenggam jemari Khalida sangat kuat.
"Pa, bagaimana ini?" tanya Santi kelabakan.
"Tenanglah dulu, Ma. Biar Papa bicara sama Hema."
Roy bangkit dari kursinya dan berjalan ke arah pintu. Menjawab salam seraya tersenyum lembut.
Ramah, lelaki itu mempersilakan para tamu untuk segera masuk. Ketika melihat Hema, Roy menarik pemuda itu menjauh.
Sedikit kebingungan Hema mengikuti langkah Roy menuju halaman rumah.
"Hema, saya minta maaf sebelumnya," ucap Roy segan.
Menangkap gelagat yang aneh, lelaki berambut panjang itu bertanya tanpa basa-basi.
"Apa yang terjadi, Pak?"
"Itu, saya tidak tahu. Tapi, Chelsea pergi."
Ada yang tersayat di dalam sini. Apa maksudnya ini? Apakah ini pertanda bahwa dia dan Chelsea tak berjodoh?
"Saya nggak tau Chelsea ke mana. Kata Mamanya Chelsea pergi dengan wajah yang menahan amarah. Menurutmu dia ke mana?" tanya Roy lagi.
Hema terdiam, mencoba tetap tenang walau sebenarnya saat ini dia sudah hampir terbakar oleh amarah.
"Apa ... Chelsea menolak saya, Pak?"
Roy menggeleng pelan. "Bahkan semua makanan di dalam dia yang menyiapkan, Nak. Dia antusias sekali dengan acara ini. Jujur kami juga terkejut saat dia pergi."
Hema kembali terdiam, mencoba untuk memikirkan jalan keluarnya. Bagaimana dia menjelaskan pada atasannya jika Chelsea sampai pergi?
Hema mengusap wajah kasar, mengacak rambut panjangnya yang telah tersisir sedemikian rapi.
Berulang kali ia menghela napas, bagaimana akan menjelaskannya pada Klein dan para atasan. Bahkan laporan berkas pernikahannya juga sudah masuk dalam kantor persatuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pena Cinta [END]
RomanceSeorang penulis muda bertemu dengan lelaki asing yang selalu menggombalinya. Berawal dari kata kagum, yang berujung pada keinginan untuk memiliki.