"Harsha, bisa kita bicara?"
"Tentu, ada apa Malfoy?"
"Mungkin ini sedikit, hm sebentar... Aku tidak tahu bagaimana mengatakan kata-kata yang pas untuk ini." Draco memutar bola matanya berulang kali dengan dahi sedikit turun, dia berpikir keras kali ini.
"Apasih? Bicara saja, Draco. Aku akan masuk kelas Madam Sprout. Aku tidak memiliki niat untuk mendapat detensi hari ini."
"Maafkan aku, tapi hanya saja ini seperti bukan dirimu Harsha." Draco nampak mengalihkan pandangan nya dari Harsha.
"Apa maksudmu? Ini aku Draco, aku tidak dirasuki oleh apapun. Ini 100 persen aku, aku sangat sadar sekarang." Harsha bingung sambil menggerakkan tubuhnya agar Draco percaya.
"No, bukan itu maksud ku. Kau mulai menjauh Harsha. Bukan kah kita teman selamanya? Kita sudah janji kelingking saat itu. Tapi, semenjak dekat Aldrin sepertinya kau berada di tubuh orang lain. Tentu aku tidak bermaksud melarang mu berteman dengan Aldrin, ya walau dia memang nakal dan sedikit mempengaruhi orang lain. Hanya saja, aku merindukan kita yang dulu."
Harsha terdiam sejenak, Ia mencoba untuk mencerna dari setiap kata yang Draco ucapkan. Menjauh? Rasanya Draco 24/7 selalu mengintili kemanapun Harsha pergi.
Kalau masalah Aldrin, ya dia memang nakal. Severus lumayan akrab dengan nya karena dia sering mendapatkan detensi. Satu hal yang menjadi kemenangan Aldrin hanya wajah nya. Tapi, rasanya Harsha juga tidak terlalu dekat dengan Aldrin. Mereka hanya teman biasa, seperti Harsha ke teman-teman lain.
"Mungkin hanya perasaan mu saja, Malfoy. Hmm, kalau memang kau ingin nostalgia, kita bisa saja jalan-jalan ke suatu tempat." Ucap Harsha.
"Mau kemana? Aku tidak hanya ingin jalan-jalan, aku ingin bersama mu setiap saat. Tapi, aku juga ingin kau merasakan kehadiran ku, Harsha. Aku lelah menonton mu berbicara dengan orang yang diseberang, sementara aku persis di sebelah mu."
"Maafkan aku, Draco. Memang aku terkadang tidak sadar kau selalu ada di samping ku. Lain kali, jika aku begitu lagi tegur saja. Kau bisa memikirkan kita mau kemana atau berbuat apa nanti, aku harus masuk kelas sekarang. Madam Sprout tidak akan mentolerir murid yang terlambat belakangan ini, sampai jumpa Malfoy~" Di akhir kalimatnya Harsha menyebut nama Malfoy dengan nada yang menyenangkan khas anak-anak. Ini membuat Draco tersenyum tipis.
...
"Look there. Harsha Lavanya, hmm what is your surname? Wait, wait maybe, pickme girl is your surname?" Kalian pasti tahu, siapa yang sedang berbicara.
"Jangan mengganggu ku."
"Oh apa para lelaki mu itu akan marah juga, jika mengetahui nya? Aku heran kenapa kau tidak memiliki nama keluarga. Apa kau yatim piatu? Aku merasa kasihan setiap kali melihat Profesor Snape bersusah-payah untuk menjadi wali mu." Anak ini sangat belagak, dan sombong seperti biasanya.
"Aku bilang jangan mengganggu ku kali ini."
Emira tertawa mendengar nya. "Kau tidak bisa melarang ku melakukan apa yang aku suka."
"Emira, ku rasa kita harus menyudahi ini semua. Maksud ku, kita bisa memulai hubungan yang lebih baik. Aku tidak bermaksud apa-apa, kau cuma tidak mengetahui sebuah fakta antara kita." Harsha berujar dengan nada sedikit canggung. Tidak mudah mengatakan hal ini sebenarnya pada Emira.
"Apa maksud mu? Fakta apa? Fakta aku lebih baik darimu? Tentu saja semua orang tahu itu." Emira mengangkat satu alis nya.
"Kau akan terkejut, jadi bisakah kita berbicara 4 mata?"
Emira tidak memprotes, Ia mengikuti setiap langkah Harsha dan membawa mereka di taman samping Hogwarts. Mereka berdua duduk di bangku kayu yang panjang.
"Apa kau sering kesepian?" Harsha memecahkan keheningan.
"Kau mengajak ku kemari hanya untuk mengatakan itu?"
"No, tentu saja tidak. Ya, kau tahu itu hanya kata pengantar. Hm, apa kau senang dengan keluarga mu, Emira?"
"Apa urusan mu menanyakan itu?" Emira mendengus kesal.
"Aku dengar ayah dan ibu mu sangat menyayangi mu, benarkah itu?"
"Tentu saja! Aku adalah harta berharga bagi mereka, tidak akan ada yang bisa menyingkirkan ku. Aku di manja sejak kecil ya, kau tahu kan ibu ku lumayan kaya Ia akan membelikan apapun, dan mewujudkan semua keinginan ku." Kali ini Emira mau menjelaskan sedikit.
"Bagaimana rasanya memiliki ibu seorang Febricia Rosalie?" Tanya Harsha kembali.
"Bagaimana kau tahu nama lengkap ibu ku? Sebenarnya obrolan ini akan kau bawa ke arah mana, Harsha?" Emira nampak semakin bingung.
"Kemarin, aku tidak sengaja mendengar percakapan kecil di depan pintu ayah ku. Waktu itu aku hanya penasaran apa yang tengah Ia ributkan, jelas aku tahu Ia tidak sendiri karena aku juga mendengar suara wanita yang familiar di sana. Itu suara ibu ku. Mereka bertengkar cukup hebat di dalam sana, aku mencoba untuk mendengar dan mendapatkan fakta bahwa, ibu mu adalah ibu ku juga. Aku tidak pernah menyangka, Madam Ros memiliki anak selain aku."
"Jangan pernah bercanda dengan ku, itu tidak lucu."
"Apa kau mengetahui alasan kenapa kamu di masukkan ke Hogwarts bukan ke Ilvermorny? Padahal Madam Ros sangat berpengaruh disana. Itu karena aku dan ayahku tentu saja. Kau bisa menyebutkan dirimu sebagai umpan untuk Madam Ros agar bisa bertemu dengan ku." Tambah Harsha.
"Enough! Hentikan omong kosong ini!"
"Hilana, anak yang sering kau jahili itu juga sepertinya sudah tahu terlebih dahulu di banding aku, dia selalu menjadi perantara antara aku dan bisakah aku menyebutnya Mommy di hadapan mu? Karena faktanya, dia seharusnya milik ku dan ayah ku. Bukan kamu."
Plak...
Satu tamparan jatuh ke pipi kanan Harsha. Pipinya menjadi sangat merah dengan tanda 5 jari di sana. Harsha hanya terkekeh kecil, Ia sangat tenang di kondisi ini. Ia lebih seperti seorang iblis kecil sekarang.
"Kau tidak bisa menerimanya ya? Apa aku harus melapor ke kantor Dumbledore dan kita akan melihat kepada siapa Madam Ros berpihak?"
"You really are an asshole." Lirih Emira.
"Ku rasa itu jawaban ya."
Harsha berjalan kembali menuju Hogwarts dan mencari profesor— Ia tidak peduli profesor yang mana karena tujuan hanya untuk ke kantor Dumbledore supaya Madam Ros di panggil ke sekolah.
Beberapa menit sudah Ia berjalan dan tak kunjung menemukan satu profesor yang Ia temui hanya Argus dengan pekerjaan membosankan nya, apa sedang ada rapat hari ini? Para profesor tidak terlihat sama sekali.
Beberapa langkah maju, Harsha menemukan satu profesor yang berkeliling nampak ingin menangkap murid-murid nakal. Namun, kali ini Ia melewati nya begitu saja.
"Nona, apa yang membuat anda berkeliaran sendirian?" Tanya profesor dengan pakaian serba hitam itu.
"Bukan urusan mu." Jawab Harsha ketus. Ia memang dalam suasana hati yang tidak baik sekarang.
"Berbalik dan jelaskan padaku cap lima jari yang merah di wajah mu itu."
"Bukan apa-apa."
"Ex.pla.in.now." Seperti biasa di suara profesor ini begitu banyak penekanan di setiap katanya, hebat nya dia tetap bisa mempertahankan ekspresi wajah tidak pedulinya.
"Aku mendengar semua yang kalian bicarakan." Ucap Harsha tak kalah datar.
"Kamu bicara apa nona?" Profesor Snape mulai bingung dan memiringkan sedikit kepalanya.
"You and your ex wife."
.
Bersambung...
!Jangan lupa vote dan komen!Terimakasih!Terimakasih yang sudah support ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Things You Will Never Know
FanfictionApa jadinya jika Severus Snape yang lebih dingin dari es memiliki anak perempuan yang sangat berbeda dengan dirinya? Harsha Lavanya Snape, gadis yang sangat ramah dan suka berteman, tidak bisa diam. Sangat terbalik dengan sikap ayahnya yang cenderu...