Severus membeku, bibirnya terlalu kaku untuk berbicara. Bagaimana Harsha bisa mendengar semuanya? Severus padahal sudah memastikan pembicaraannya tidak akan terdengar oleh siapapun. Perlahan Ia pun mulai mencoba untuk berbicara.
"Dear... Bagaimana bisa kau mendengar itu semua?" Ucap Severus lemah lembut, hanya Harsha yang dapat membuat manusia batu seperti Severus menjadi selunak bubur sekarang.
"Kalian berdua berbicara begitu keras, aku tidak sengaja lewat dan memutuskan untuk mendengar semuanya." Ucap Harsha santai dan menaikan bahunya.
"Mulai mana kau mendengar nya, Harsha?"
"Semuanya, benar-benar dari awal dan sampai sekarang aku masih bingung mengapa orang-orang tidak boleh tahu aku adalah anak mu. Apa kau malu?!" Nada bicara Harsha mulai meninggi.
"Mana mungkin aku malu mempunyai anak seperti dirimu? Kau adalah satu-satunya karya terbaik yang pernah aku buat."
"Lalu? Ex.pla.in.now, profesor." Harsha mengikuti nada bicara Severus sebelum nya.
"Kita akan membicarakan ini nanti, right?"
"Now, Dad!"
"Ini bukan waktu terbaik, aku akan menjelaskan semuanya padamu dari awal. Tapi, tidak sekarang. Tenangkan dirimu, dan kita akan bicara. Meet me at my office once you feel calm. Jangan berharap aku memberitahu mu semuanya dengan keadaan mu yang gegabah seperti sekarang." Severus kembali ke mode tegas nya. Matanya tidak bergeming melihat manik mata anak nya yang sama seperti milik nya.
Harsha memalingkan wajah dan menjauh dari Severus, perasaan bertambah semakin campur aduk di setiap detiknya. Sedih, marah, kesal. Ia memutuskan berhenti pada tujuan awalnya untuk ke kantor Dumbledore. Ia memilih untuk melangkahkan kaki nya menuju toliet, dan melihat wajah nya yang merah dan mata nya yang mulai berair.
"Kenapa ini begitu rumit?!" Teriaknya, Ia memastikan toilet saat itu sedang kosong tak berpenghuni.
Bahunya naik turun karena Ia menarik nafas dengan begitu berat dipenuhi oleh emosi. Air matanya mulai turun, dan Ia mulai menampar-nampar wastafel dengan tangan nya yang kosong. Ia juga membasuh wajah nya berulang kali dengan air dingin, namun tetap saja hati dan kepalanya masih panas.
Ia mengamati cermin lagi, mata nya melihat dengan jelas di belakang ada Emira yang sedang memperhatikan Harsha dengan pandangan yang tidak bisa dijelaskan.
"Apa lagi kali ini?" Tanya Harsha dengan suara serak akibat menangis.
"Kau dan Profesor Snape—"
Sebelum Emira menyelesaikan ucapan nya, Ia di potong segera oleh Harsha. "Ya. Ada yang ingin kau konfirmasikan lagi? Aku sedang sibuk di sini, pergilah."
Emira hanya mendengus dan tertawa sinis mendengar pernyataan dari Harsha.
"Apa itu lucu? Sebuah lelucon untuk mu? Ternyata selera humor mu seperti ini ya?" Harsha menyerang Emira bertubi-tubi.
"Kalian berdua identik kurasa, membosankan, memiliki emosi yang tidak terkontrol, dan banyak hal buruk lain nya." Ucap Emira sepele.
Harsha mengepalkan tangan nya kuat, buku-buku jari nya memutih. Sudah cukup baginya untuk menahan semua yang sudah Emira lakukan padanya.
Harsha menarik nafas dan mulai berbicara, matanya menjadi gelap tanpa ada binar sedikit pun. "Ya, setidaknya Profesor Snape lebih baik dari ayahmu, laki-laki yang mengambil istri orang lain. Ayahmu hanya seorang laki-laki miskin yang mengencani wanita kaya, kan? Apa tujuan ayahmu, Emira? Jelaskan padaku. Kau tidak bisa memandingkan ayahku dan ayahmu. Tidak akan pernah bisa, kenapa? Karena terlalu jauh untuk ayahmu menyaingi ayahku."
"Apa kau tidak pernah memikirkan alasan Madam Ros meninggalkan Profesor Snape dan menikahi ayahku? Karena kalian itu membosankan, kalian tidak pantas untuk bersama dengan nya lagi." Sahut Emira tidak kalah.
Harsha terkekeh. "Apa kau tahu Emira, ayahku termasuk dalam penyihir terhebat di wizarding world. Lihat ayahmu, dari dunia muggle yang tidak punya keterampilan apa-apa. Awalnya aku mengira dia hanya muggle biasa. Tapi, mana mungkin seorang muggle biasa dengan cepat menerima seorang wanita yang bisa sihir, karena Ia kaya? Hampir semua kekayaan ibuku ada di wizarding world—
—aku mulai berpikir lebih keras, apa yang selama ini disembunyikan oleh Emira Dawson yang memiliki keterampilan di atas rata-rata ini, tentang Tuan Dawson. Sebelumnya aku akan mengucapkan rasa simpati ku padamu, Emira. Betapa kasihannya dirimu, karena kenyataan yang kudapat adalah ayahmu hanya orang lemah yang sekelompok dengan Argus Filch. Seorang squib kan? Memalukan, pantas saja Ia tidak pernah berani datang ke Hogwarts." Ucapan yang di keluarkan Harsha ini sangat keras dan tajam. Ia membanting Emira tanpa menyentuhnya hanya dengan kata-kata.
Emira hanya diam, Ia langsung berlari keluar dan meninggal Harsha. Ia menangis sambil berlari menuju asrama nya. Para murid lain, menatap pemandangan itu dengan bingung namun enggan bertanya.
...
Di sisi lain, setelah Harsha meninggalkan Severus. Ia langsung berjalan cepat menuju kantor kepala sekolah, Albus Dumbledore.
"Albus, aku ingin bicara. Aku memerlukan beberapa saran darimu, ini sangat penting."
"Ada apa, Severus?" Albus Dumbledore duduk di kursinya dengan perkamen menumpuk di atas meja.
"Harsha sudah mendengar semuanya, tentang aku dan Ros. Aku sangat yakin, sangat yakin hari itu menggunakan mantra kedap suara, Albus. Seratus persen yakin. Tapi, kemarin dia mendengar semuanya dan sekarang Ia mendesak ku untuk memberi tahu tentang menyembunyikan dirinya. Kau tahu, mudah bagiku memberi tahunya tentang aku dan Ros, tapi, yang satu ini agak sulit. Kau paham maksud ku kan, Albus?" Severus menjelaskan panjang lebar.
"Kau selalu bertanya padaku, dan jawaban ku tetap sama Severus. Beri tahu yang sebenarnya pada anakmu."
Severus menghela nafas dan menggosok wajahnya kasar. "Albus, please. Ya, ya kau benar aku harus memberitahu nya. Tapi, bagaimana caranya?"
"Beritahu dengan cara mu sendiri, Sev. Kau adalah seorang profesor, kau ahli untuk menjelaskan sesuatu."
Severus kembali menghela nafas, entah untuk yang keberapa kali. Ia gelisah dan mulai berjalan mondar-mandir di ruangan Dumbledore. Tangan kanan nya di dagu, dan tangan kirinya menopang tangan yang lain. Pikiran nya sekarang sangat kalut.
"Ada lagi yang ingin kau bicarakan, Sev? Bukan bermaksud kasar. Aku hanya sedikit sibuk disini, menandatangani semua kertas untuk keperluan sekolah. Musik yang kau buat dari hentakan sepatumu tidak membantuku untuk rileks dan fokus bekerja. Sekarang, silahkan mainkan kaki mu di luar." Ucap Dumbledore dengan nada biasa.
Severus tidak menoleh, hanya berjalan keluar begitu saja. Dumbledore memang benar, kali ini Ia harus mengatakan pada Harsha semuanya, tidak ada lagi yang namanya rahasia.
Hanya beberapa langkah, Severus tercekat jalannya. Ia mendengar para murid mondar-mandir menggosipkan sesuatu.
"Apa kau tahu nama belakang Harsha yang sebenarnya?"
"Apa itu?"
"Snape, Harsha Lavanya Snape. Dia anak Profesor Snape."
Anak itu terkejut. "Bagaimana kau mengetahuinya?! Apa tidak salah? Mereka hanya tampak berbeda dari berbagai aspek."
"Emira bilang, dia tahu karena Harsha sendiri yang memberitahu nya. Ini tentu akan seratus persen akurat."
Mendengar itu, rahang Severus mengantup keras, tangan nya dikepal di dalam jubah nya hingga nampak keluar sedikit urat-urat tangan. Darahnya mendidih. Mengapa Harsha memberi tahu hal-hal seperti ini pada Emira? Bukannya Ia tahu Emira itu seperti apa? Di tambah fakta Emira Dawson adalah anak dari Rosalie membuat Severus ingin mengamuk sekarang juga.
.
Bersambung...
!Jangan lupa vote dan komen!Terimakasih!Terimakasih yang sudah support ❤

KAMU SEDANG MEMBACA
Things You Will Never Know
FanfictionApa jadinya jika Severus Snape yang lebih dingin dari es memiliki anak perempuan yang sangat berbeda dengan dirinya? Harsha Lavanya Snape, gadis yang sangat ramah dan suka berteman, tidak bisa diam. Sangat terbalik dengan sikap ayahnya yang cenderu...