Typo bertebaran
بسم الله الرحمن الرحيم
~Lidwinsetya~
Bersama belum tentu status berubah, seminggu telah berlalu semenjak nge- date saat itu, Mas Yoga masih tetap setia menunggu ketika jadwalku masuk sift siang.
Sudah berapa jam yang kami lewati, sudah berapa menit dan detik yang mengantarkan kami mengarungi langkah kaki Golden Trully stasiun Kemayoran.
Tak bosan genggaman tangan yang saling menghangatkan selama perjalanan. Canda tawa teriring dalam setiap perkataan dan juga percakapan yang tidak garing sama sekali.
Keakraban kami dan tentunya tak luput juga ada campur tangan bang Dodi. Ya, bang Dodi masih tetap berkunjung ke Kost tanpa satupun dari mereka yang memang mengutarakan cinta. Karena mereka bilang kita tetap berteman.
Bang Dodi beberapa kali absen tidak berkunjung, namun dia menjelaskan bahwa ada tugas dan latihan gabungan di wilayah tasik. Aku hanya ber oh ria saja. Tak ingin menimpali obrolam antara mbah dan bang Dodi yang selalu setia mengurut kaki mbah Danu yang terkadang suka bengkak.
"Dek, bang Yoga gak kesini?" tanya bang Dodi
" Gak, katanya lagi nyopirin bapak"
"oh, bang Yoga mah sibuk dek, kamu siap-siap aja kalau jadi pacarnya dia. Bakal di tinggal terus."
"Kami gak pacaran, bang. Kami masih jadi teman."
"Yoga anaknya baik Ra" ucap mbah yang tiba-tiba ikut nimbrung di antara percakapan ku dengan bang Dodi.
"Tuh, benar kan! Mbah aja setuju sama bang Yoga. Iya, kan mbah? "
"Ya, nama nya masih muda itu butuh penjajakan terlebih dulu. Saling kenal, dan tentunya orangnya sopan. Sampai mau nungguin kamu padahal kamu nya lembur. Mbah kan gak tahu kalau kamu lembur. Yoga juga kalau kesini ikut aturan tuh tulisan masih nempel jam 21.00 Wib, tamu harus sudah pulang."
Wah, Nara merasa mbah menyindir Dodi. Karena Dodi masih nempel kayak perangko di kaki mbah.
"Eh, kecuali mas Dodi nih, yang rajin ngurut kaki, mbah." ucap mbah Danu sambil terkekeh.Kami tertawa bersama. Tak lupa juga kebahagiaan Nara bersama mereka mungkin tidak akan pernah lama. Karena selama yang Nara tahu, untuk tentara seperti mereka apalagi dengan pangkat prada dan pratu mudah untuk berpindah-pindah tugas.
Tak ayal buat Nara, tidak mudah jatuh cinta dengan pasukan yang satu ini. Melihat om nya sendiri yang jarang sekali berada di rumah, seringnya tugas ke daerah. Hingga kepelosok nusantara.
"Mas Dodi, terima kasih ya, mbah ngantuk nih. Mau tidur lebih dulu. Kalau masih mau lanjut mbah beri tambahan waktu tiga puluh menit."
"Siap mbah, saya kan jomblo mbah, jangan bosan ya kalau saya sering kesini" wajah bang Dodi memang patut di kasihani.
"Makanya cari, jangan kesini terus. Gimana mau dapat pacar kalau bang Dodi gak mau cari" sungutku tak mau kalah.
"Lah, ini lagi usaha neng geulis"
"Prettttt, usaha dari hongkong"
Nara sekilas melihat Mbah yang jalannya tertatih, mungkin karena usia yang tidak muda lagi. Mbah harus terbiasa dengan seringnya jatuh sakit dan pendengaran yang mulai berkurang.
"Dek, kamu tuh gak yakin banget sih sama bang Dodi."
"Gimana mau yakin. Kalau Abang tuh mainnya kesini terus. Kadang aku suka heran sama kalian ini. Kayak gak ada kerjaan tau gak sih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry, I Didn't Choose You (on Going)
Ficção AdolescentePernah saling mencintai dan saling berjuang. Namun akhirnya diantara mereka masing-masing memiliki ego merasa berjuang sendirian. Tertatih dalam menumbuhkan rasa, hingga takdir tak memberikan kesempatan untuk keduanya bersama. Akankah cinta itu ma...