Pernah saling mencintai dan saling berjuang. Namun akhirnya diantara mereka masing-masing memiliki ego merasa berjuang sendirian.
Tertatih dalam menumbuhkan rasa, hingga takdir tak memberikan kesempatan untuk keduanya bersama.
Akankah cinta itu ma...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Karya_ by Lidwinsetya Sorry I Didn't Choose You _______________________________________
~ Tidak semua orang dapat menyambut hidayah dengan baik~
~Sorry I Didn't Choose You~
🥀🥀🥀
Sabtu siang Yoga telah bersiap mengajak Nara pergi bersama untuk menghadiri kajian yang akan mereka datangi. Sedari tadi, Yoga melihat Nara sangat antusias, sesekali ia tersenyum ketika melihat Nara menggunakan gamis warna hitam yang ia beli setelah Nara membaca buku tentang istri shalihah. Rasanya ada ribuan kupu-kupu yang hinggap di kepala Yoga ketika ekspetasi untuk saling menerima dan saling menumbuhkan cinta diantara keduanya sangatlah Allah permudah.
Yoga masih menunggu kedatangan Ressa putri dari komandan Arfa yang memang di tugaskan untuk menjemput keduanya, dengan alasan hari ini jadwal Nara untuk memeriksakan kandungannya, yang kebetulan jarak klinik sahabat Ressa tidak jauh dari posisi kontrakan Nara.
"Mas, adek cantik gak? Pakai ini jadi kayak ibu-ibu pengajian ya?" Tanya Nara pada Yoga yang sedang duduk di pinggir sisi ranjang.
Yoga tersenyum mendengar pertanyaan dari istrinya itu "cantik kok, maa syaAllah, memang sebentar lagi jadi ibu kan! Gak apa-apa, adek harus bersyukur karena diberikan kepercayaan oleh Allah untuk bisa mengandung Ucil"
"Beneran mas? Adek gak seperti ibu-ibu banget? Apa terlihat gendut? Atau mungkin hidung adek udah kelihatan seperti badut, ya? Ih, kok adek jelek banget sih. Sudah hidung pesek ditambah hamil malah pipi tambah tembem terus hidung adek kayak badut. Bener gak sih mas?"
Yoga terlihat gemas ketika pertanyaan itu terlontar lagi dari kedua sudut bibir istrinya "Ya, Allah, dek. Sini, deketin mas" ucap Yoga sambil menepuk sebelah kasur.
Nara melangkahkan kakinya kearah Yoga dan sesekali membetulkan gamisnya yang lebar dari bentuk tubuhnya.
Yoga mengusap perut Nara yang memang terlihat sudah sedikit membuncit.
"Kamu gak gendut, kamu gak pesek. Hanya sedikit berisi dan pipi nya chuby. Ga, apa-apa kok. Mas suka lihat kamu seperti ini. Tambah cantik, tambah ayu, tambah shalihah. Maa syaAllah" ucap Yoga penuh kesabaran.
"Namanya juga ada calon adik bayi di perut adek. Makanya keras perutnya, nanti bertambah maju. Sehat-sehat ya, jangan banyak pikiran"
"He-em, adek bahagia banget mas, bisa tiap saat ngobrol bareng mas, saat adek butuh mas selalu ada buat adek. Jangan pernah bosan sama adek, ya. Jangan tinggalin adek juga kalau mas sudah ada yang lain, mas tinggal ngomong sama adek, insyaallah adek bakalan ngerti kok. Adek gak akan memaksa mas tetap di samping adek terus."