Kencan 1

44 4 0
                                    

Typo bertebaran

~Lidwinsetya~



Berpetualang kata ini tersemat ketika seseorang senang melakukan  perjalanan kemanapun yang ingin di tuju. Atau mungkin bisa juga untuk healing sekedar melepas kepenatan.

Biasanya berpetualang di lakukan ketika berada di alam bebas. Mendatangi wilayah dengan aroma cactus yang mampu menusuk indera  penciuman.

Namun, apa yang terjadi jika berpetualang dilakukan dalam urusan percintaan? Rasanya bukan tidak mungkin banyak korban perasaan akibat sanjungan dalam mendapatkan secuil rasa cinta.

...........

Menjalani hubungan yang tidak biasa, sudah pasti  pelakunya adalah Yoga dan Nara. Keduanya sangat sibuk  hingga  sulit sekali bertemu. Yoga yang notaben sebagai seorang abdi negara. Tentu sangat patuh terhadap aturan yang berlaku di kesatuannya.

Minggu ini Yoga menyempatkan diri untuk bertemu dengan pujaan hati, walaupun tidak yakin dengan hubungannya bersama Nara karena gadis itu yang memang tidak sepenuhnya menginginkan hubungan ini. Yoga sadar betul siapa Nara, dan siapa Yoga. Nara adalah ponakan dari atasannya Kapten Dwi. Irianto. Walaupun tinggal terpisah dengan om nya. Yoga justru baru tahu ketika Yoga memandang Foto Nara saat membuka dompetnya. Selama ini Nara tidak pernah sama sekali mengatakan apapun.

Yoga ingat betul saat Kapten. Dwi mengatakan bahwa Yoga harus menjaga Nara. Dengan yakin Yoga mematuhi perintah itu.

Untung saja Kapten Dwi orangnya sangat humble dan bijaksana. Kapten Dwi juga di kenal dengan perwira yang cerdas dan ramah.

"Dek, malam ini mas jemput ya, seperti biasa di halte bis golden truly"

"Oke, jangan lupa beliin adek es campur ya. Biar mas bangkrut pacaran sama adek"

"Gak, lah. Biasanya bapak suka nitip uang ke mas, katanya buat ngajak kamu jalan sama makan."

"Mas, pernah mikir gak sih, kalau komandan Mas baik banget deh. Sampai aku mikirnya pak Dir iku yo bapaknya mas, loh" Nara senyum nyengir memamerkan gingsul di bagian kiri.

" Iya, banyak yang ngomong juga gitu. Malah jadi gak enak sama bapak. Suka banget ngasih jajan buat mas. Katanya buat nyenengin kamu"

Nara,  terdiam. Pikirannya melayang nun jauh disana. Cinta?  Masih terbayang jelas dalam ingatannya ketika cinta itu menyapa  namun menjadi sia-sia ketika Nara berjuang sendirian.

"Kita jalani saja dek, jangan di buat jadi beban. Mas ingin kamu nyaman sama Mas dan Mas nyaman sama kamu"

"Mas, kalau nanti mas lelah dampingi adek. Mas boleh kok pergi ninggalin adek. Mas juga boleh kok nyari cewek selain adek. Jujur, adek gak bisa berkomitmen untuk melangkah lebih serius. Target adek masih lama."

"Iya, mas paham kok. Tenang aja"

"Mau sarapan lagi gak? "

"Nih, gak liat perut adek dah buncit gini. Kalau di tambah makan lagi malah tambah penuh perutnya. Mas, emangnya mau adek busung lapar? Perut doang yang buncit tangan kaki dan yang lainnya tetap kurus" cicit Nara pada Yoga.

Yoga tertawa lebar.  "Busung lapar sama banyak lemak beda tipis ya, dek? "
"Nah, itu tahu, lemak adek melambaikan gelombang syahdu."

"Iya deh, iya. Sampai ke stasiun Mas langsung balik ya. Adek masuk midle kan!"

"Iya, setiap hari minggu middle. Senin adek libur. Males kalau senin di ajak kerja. Kaki mau nya rebahan terus"

"Dasar. Bilang aja, kamu males ngapa-ngapain"

Sorry,  I Didn't Choose You (on Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang