Saling Melengkapi

44 2 0
                                    

🥀Typo bertebaran🥀

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karya_ by Lidwinsetya

_Sorry I Didn't Choose You_

🥀Happy Reading🥀
______________________________________

"Allah tidak melihat kamu di masa lalu, yang Allah lihat kamu di masa kini dan nanti saat akhir hidupmu. Maka, biarkan kita saling melengkapi. Hingga maut memisahkan kita"

~Yoga Pradipta~

Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, kalimat itu sering sekali di dengar walaupun sudah berganti tahun dan mungkin abad. Jikalau tidak terlalu menguntungkan bagi setiap orang yang masih setia dengan kehidupan yang monoton mungkin banyak orang tidak akan menyadari akan kekeliruan pada dirinya.

Yoga tengah bersiap membereskan barang yang akan mereka bawa kembali ke Jakarta. Hari ini tepat sudah tiga hari setelah akad dan pesta pernikahannya bersama Nara. Ibu Kinan pun turut serta mendampingi sampai Yoga akan kembali ke Jakarta termasuk Tursilo dan Aji yang memilih untuk tetap berada di pulau seribu.

"Mas, barangnya sudah semua di kemas ?" Ucap Hasan pada menantunya.

"Sudah, Yah. Kebetulan barang yang Mas bawa gak begitu banyak. Paling pakaian Mbah Ti dan Mbah Kung aja yang lumayan"jawab Yoga sambil tersenyum melihat mimik wajah kedua paruh baya itu.

"Yo, Le. Mbah kung mboten ngerti toh. Kalau kamu menyiapkan baju juga. Mbah kira bakal lama disini. Mbah kerasan loh lihat laut dari dekat." Ucap Mbah Pradipta sambil mengipas wajahnya dengan kipas anyaman.

"Iya, kapan kapan kita kesini lagi Mbah.   Yang penting Mbah sehat dan bisa menimang  cucu-cucu Mbah nanti biar gak kesepian lagi"

"Emangnya kamu udah buat, Le? Yakin banget sekali masuk langsung tokcer" ucap Mbah Pradipta sambil terkekeh

"Di doakan saja Mbah biar cepat jadi"

"Kalau tahu begitu kenapa ndak dari dulu saja toh, Le. Kamu nikah. Kenapa mesti nunggu mapan dulu. Padahal walaupun pangkat kamu di kelas bawah Mbah mu ini masih mampu biayai nikahan kamu. Sawah, toko dan perkebunan juga masih utuh tak terjamah, Le, uangnya lebih banyak Mbah tabung karena kamu susah sekali untuk menerima bantuan dari kami
"

"Iya, Mbah. Maaf, Yoga gak enak kalau harus ngerepotin Mbah terus menerus. Lagi pula Yoga ingin memperjuangan yang harus di perjuangkan dengan cara  Yoga. Mbah gak tau aja kalau  Yoga dapetin Istri Yoga itu susahnya minta ampun, Mbah"

"Masa sih! Tapi_ Mbah percaya kok, di lihat dari baground orangtua istri mu saja Mbah sudah bisa menilai. Jika Istri mu di didik dengan baik oleh kedua orangtuanya. Maka, kamu harus menjaganya dengan baik dan jangan sampai mengecewakan"

Sorry,  I Didn't Choose You (on Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang