Awal Bertemu

62 5 2
                                    

Typo bertebaran

Jangan lupa follow akunnya

🥀🥀Happy reading🥀🥀

Pagi, menampakan sinar teduh yang menyejukkan, nampak pula gunung pangrango terlihat lebih jelas dari stasiun kemayoran. Menandakan hari ini cuaca cerah,dalam arti siang panas lebih dari biasanya.

Jakarta disebut sebagai kota metropolitan, bukan hanya warga asli betawi, di sini banyak dari berbagai suku dan bahasa. Jakarta menjadi tempat bersaingnya orang-orang yang mengadu nasib untuk perubahan.

     Jika sekali ini, kita tidak bisa menjadi baik, usahakan esok hari akan jauh lebih baik. Jika saat ini tidak bisa tercapai keinginan usahakan ikhtiarnya yang harus di perbanyak.

Nara memulai aktifitas seperti biasa, merapihkan buku-buku dan ATK di rak display yang sudah mulai rapih di banding saat awal dia datang.

Nara, terbiasa membawa bekal dari Mbah yang selalu mengingatkannya sarapan. Mengingat kata Mbah kung dan Mbah ty. Nara selalu terharu dengan segala  bentuk perhatian. Ah bagaimana nasib sahabatnya Tata, yang sampai saat ini selalu dengan kesibukannya masing-masing. Hingga keduanya susah sekali untuk bertemu.

Hari semakin  siang suasana di WTC mangga dua semakin ramai oleh pengunjung di sertai kedatangan bis-bis dari daerah yang terparkir cantik di pelataran parkiran depan WTC.

Melihat anak-anak sekolah yang sangat antusias turun hingga melihat pernak pernik yang berada di stand pameran. Rasanya membuat Nara sedikit merasakan sesak di dadanya.

Nara berpikir,  mengapa Tuhan tak membiarkannya merasakan kebahagiaan dari mimpinya yang sampai saat ini tidak tercapai. Ada yang salah kah pada dirinya? Atau mungkin dosa yang terlalu banyak hingga Tuhan masih enggan memberikannya kesempatan untuk sekedar mewujudkan? Entahlah, kesesakan itu menyandera kedua matanya untuk selalu menahan tangisan.

Entah mengapa, sudah seminggu berlalu kesesakan dirasakan Nara tanpa ia memintanya. Nara seakan tak bisa menerima cinta Yoga yang begitu besar untuknya.

Yoga lelaki sempurna menurut  versinya, Yoga lelaki lembut yang selalu berusaha untuk membahagiakannya. Walau pada akhirnya hati tetaplah tidak bisa di paksa  apalagi di bohongi.

"Ra, Ngapa dah, diem bae" Ridwan selaku Kasie yang selalu berada di dekat anak buahnya termasuk, Nara. Yang selalu  mengandalkan Nara dalam memecahkan masalah.

"Kenapa? Kepo" ucap Nara mencebik kesal. Lamunannya terhenti hanya karena jitakan Ridwan Kasienya.

"Ra, jangan ngoyo banget sih jadi wong." bahasa campuran yang di keluarkan sebagai jurus andalan Ridwan.

"Gak pantes ngomong jowo. Betawi tetap betawi Pak Ridwaaan"  tekanan kata yang membuat  Ridwan terkikik geli.

" Etdah sensi amat" bahagia sekali Kasie menggoda Nara.

"Husssh, Sana, Pak. Nara lagi males ngobrol sama Pak Ridwan."

"Dih,  kangen loh nanti kalau kamu gak ketemu Kasie seperti saya"

"Ogah, gak bakal, Nara kangen sama Kasie model orang-orangan sawah kayak gini." Nara menarik baju Ridwan seperti orang jijik.

"Suwek,  Dikira kamu saya ikan asin pake di jewer kek gitu"

"Nah, sadar juga ternyata"

"Kampret, punya bawahan model begini, untung cuma satu."

Akhir yang sangat membingungkan, jika tidak tahu dengan kedekatan mereka. Mungkin orang lain akan berspekulasi bahwa antara Ridwan dan Nara memiliki hubungan spesial.

Sorry,  I Didn't Choose You (on Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang