Bertemu Lagi

167 10 0
                                    

Typo bertebaran

Masih ada yang nunggu kelanjutannya?

Tentu masih dong.

Baca cerita ku yang sudah tamat

~Lidwinsetya~

"Mas, Yoga!"

"Alhamdulillah, sekarang  Adek sudah ingat nama Mas. " ucapnya lembut sambil tersenyum.

"Maaf ya,  kalau __mmmmmm, Adek gak kenal sama Mas. Adek hanya tahu bang Dodi, bang Nopri dan teman-temannya."

"Tidak apa-apa. Oh ya, Adek, selalu jalan sendirian  gini? Gak takut? "

"Takut sih. Tapi cuma jalan ini yang masih terbilang ramai"

"Kalau boleh, mulai besok Mas yang akan  nunggu Adek di halte golden trully ya. Tapi, ketika Mas gak kena piket kantor dan Mako."ucap Yoga tegas dan lugas.

"Haah" kaki Nara berhenti melangkah  hingga berbenturan dengan tubuh mungil milik  Yoga.

"Adek, kalau mau berhenti  bilang-bilang. Ada yang sakit, maaf Mas gak sengaja malah nabrak kamu."

"Mmmm, gak apa-apa Mas."

"Adek sudah makan belum? "

"Sudah  tadi jadwal makan sore"

"Makan yuk, perut Mas lapar" Yoga, mengelus perut datarnya yang mungkin terbilang kotak-kotak roti sobek.

"Tapi__adek gak biasa makan malam, kalau temani Mas saja gimana? Atau Adek pesan minuman kesukaan adek alpukat kocok" ucapku manja

Entah kenapa ketika sama Yoga , Nara merasa beda, merasa seperti memiliki seorang kakak yang begitu memperhatikan adiknya. Bukan, bukan debaran cinta yang Nara rasakan. Tapi lebih ke arah nyaman sebagai teman.

Nara merasakan Yoga menggenggam tangannya,  karena menyebrang jalan. Menuju tempat lesehan, memang dekat dengan stasiun kemayoran. Bahkan setiap  jalan menyebrang, Yoga selalu berganti posisi, jika kendaraan dari arah sebelah kanan, Yoga akan berdiri di samping sebelah kanan  begitu pun sebaliknya.

"Adek pesan  juga ya, kalau ndak habis bisa minta di bungkus dan di bawa pulang."

"Memangnya, Mas ada uang! ini masih pertengahan bulan. Adek tau kok, gaji tentara  itu berapa. Karena Om juga tentara. Kisaran berapa untuk seukuran pangkat seperti Mas pun adek tahu. Bukan adek meragukan  Mas,  tidak sama sekali. Tapi lebih ingin Mas menghemat untuk masa depan Mas"

"Mas, ndak tersinggung sama sekali. Terima kasih, begitu perhatian sama Mas. InsyaaAllah  ada kok."

"Yakin!  Adek kalau makan dan minum banyak loh."

"Masa sih! Kok badannya kecil"

"Karena turunan Mas. Keluarga adek gak ada yang gendut" cicit Nara.

Tenda pinggir jalan menyajikan begitu banyak pilihan makanan, mulai dari nasi goreng, pecel ayam, seafood, roti bakar, martabak dan tentu begitu banyak pilihan yang membuat mata justru menjadi  lapar juga ingin ini dan itu.

Nara dan Yoga memilih tenda pecel ayam yang bersebelahan  dengan es campur kuningan, tentunya agar memudahkan  untuk memesan es kocok alpukat.

Menunggu beberapa menit hidangan yang di tunggu telah siap untuk di santap, tak lupa Nara mengangkat kedua tangan dan berdo'a agar apa yang masuk kedalam perut untuk di makan menjadi barokah dan tentunya baik untuk tubuh.

Sorry,  I Didn't Choose You (on Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang