Hancur Lebur

59 3 0
                                    



Hancur lebur  ada pada diriku
Bertahan dengan rasa sakit dan kegilaan
Akhirnya, aku memilih menyerah dengan semua luka.
~Nandira Axeniara~



🌸🌸🌸🌸

Butuh waktu hampir satu tahun, bagi Yoga untuk menata hatinya yang berantakan, mencoba untuk berjalan bersama Tuti dan sesekali berpapasan dengan Nara, walaupun hanya sekilas, èntah mengapa hati Yoga menjadi campur aduk ketika melihat tatapan sendu. Hingga akhirnya Yoga tidak lagi dekat dengan siapapun , karena dengan Tuti tidak pernah terjadi hubungan spesial.

"Maseeee, Ga, gimana sih, udah atau belum? Etdah kalau di ajak ngomong suka banget menghindar"

"Berisik banget kamu, Ti, saya aja belum tahu bisa atau gak nya bertemu dengan Nara. Lagian kamu yang paling dekat sama dia masa gak sempat bertemu." Sungut Yoga.

"Ye, gimana mau bertemu dia sudah pindah ke toko pusat bukan di cabang lagi. Mana Eike tahu jam kerja disana." Tuti menimpali.

Yoga menghela napas kasar, berulang kali mencoba menata hatinya yang kian berantakan, membuatnya sampai putus asa hingga mengunjungi tempat-tempat hiburan malam bersama teman dan adik letingnya, tak lupa Yoga pun mengajak Tuti yang akan menjadi tempat nya berkeluh kesah. Sampai akhirnya Yoga kembali menyadari bahwa dia tidak bisa melampiaskan segala kekecewaannya dengan datang ketempat laknat itu.

Nasihat demi nasehat dari Tursilo membuatnya kembali menjalani kehidupan yang semestinya.

"Dih, malah bengong." Tuti semakin sebal dengan lelaki di hadapannya itu.

"Woy, haloo, holaaa, yahooò, yohaaaa." Tuti mengibaskan telapak tangannya di hadapan wajah Yoga.

"Buset, masih gak ngena juga, tiba-tiba ngelamun, tiba-tiba nangis, tiba-tiba marah. Jadi cowok labìl banget. Maseee." Tuti sengaja bergeser, dari tempat awalnya duduk berhadapan dengan Yoga, sekaeang berada di samping lelaki itu, di kursi kayu panjang.

"Geser, oyyy" sambil sesekali menggeser tubuhnya hingga berdempetan dengan Yoga.

Dubrak........

"Mampus, sukurin, salah sendiri, Tuti ngomong gak di dengerin, gak di ladenin, jatuh kan. Mampus lu, Masee "

"Ti......"

"Kenapa? Mau marah? Gak pantes situ marah sama Eike. Udah bagus di temenin ke taman gak jelas, mana sepi pula. Horor banget, ini taman. Bukan takut setan, Eike takut begal, Maseee"

"Ti..... Berisik tau" lagi-lagi Yoga berbicara ketus, sambil mendesis karena pantatnya menyentuh tanah yang di rasa senat senut.

"Bodo, emang Tuti pikirin. Kebiasaan, ini sudah enam bulan sejak waktu itu oy, udah dong move on, masih ada cewek cakep bener dah. Tapi, laki gak peka banget" cerocos Tuti Astuti.

"Gak ada yang suka sama kamu, Ti. Model cewek kerupuk kaleng" Yoga berucap sambil  menepuk pantat.

"Cuma lu doang yang gak suka, yang lain antri, kalau di kumpulin jadi satu gerbong kereta. Cuma lu aja yang gak peka, Maseee"

" Sorry kalau saya gak suka sama kamu, cukup adek, Kakak, aja. Gak lebih. Kalau saya minta bantuan kamu harus ikut. Ini motor awalnya buat bonceng Nara. Tapi, kamu perempuan yang  ngerasain pertama kali."

"Widiwww, Tuti beruntung banget, yak.  Sekarang Tuti naik motor merawanin pula,di masa depan Tuti merawanin Mobilnya Mase"

"Gak, cukup motor aja, itu juga saya terpaksa, sorry ya, kalau mobiĺ gak usah. Saya maunya sama istri saya."

Sorry,  I Didn't Choose You (on Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang