Typo Bertebaran
Ketenangan dalam setiap diri ketika seorang hamba lirih merintih meminta pertolongan dan pengampunan.
Tidak selamanya dunia menjadi tujuan hidup apabila akhirat menjadi tolak ukurnya.
~Sorry I Didn't Choose You~Bukan lagi menangisi setiap ujian yang terjadi dalam kehidupan. Karena tak seorang pun mampu menyembunyikan kepiluan yang menerpa diri. Ada saatnya manusia tertawa karena bahagia dan ada pula yang bersedih karena musibah.
Angin menerpa wajah teduh ia memejamkan mata sesekali sambil merasakan tembusan angin dan suara ombak. Menunggu keberangkatan kapal dari pulau seribu menuju tanjung pasir. Ya, Yoga membawa istrinya kembali setelah banyak pertimbangan yang ia ambil ketika Nara meminta pulang ke rumah orang tuanya.
Hari ini ia membawa Nara kembali karena sudah mendekati waktu kelahiran. Sudah cukup ia memberi waktu pada istrinya agar tetap bersamanya walaupun Nara seringkali meminta perpisahan. Yoga tak akan mengabulkan itu. Ia akan tetap mempertahankan pernikahannya apapun yang terjadi.
Saat itu, setibanya ia di rumah sakit di mana Nara di rawat. Beberapa ibu-ibu mengunjungi istrinya di pagi hari. Ia mengingat betul, bagaimana bu Kamil langsung nyerocos tanpa henti. Ketika Nara mampir sebentar ke kantor suami nya dan bertemu dengan Riska. Hingga membuat tubuh istrinya itu nge drop setelah bertemu dengan Riska.
" Mas___"
Yoga menoleh ke sumber suara"Iya, Dek, kenapa?" Senyum tak lepas dari wajah teduhnya.
"Apa, gak sebaiknya adek disini saja?"
"Kalau di sini, Mas takut adek sama Ucil tidak mendapat penanganan yang baik. Bukan mas meragukan tenaga medis di sini, dek. Kamu tahu sendiri alat-alat medis disini pun kurang lengkap. Ini sudah 10 bulan dek, mas khawatir sama Adek dan Ucil. Dengerin mas ya" ucap Yoga sambil memeluk tubuh istrinya itu. Ia sama sekali tidak malu, walaupun banyak orang yang melihatnya.
"Iya, Kak. Patuh sama ucapan suami mu, Ayah disini hanya bisa mendoakan kebaikan untuk anak-anak Ayah. Insyaallah Ayah dan Ibu kesana menyusul kamu sama mas. Gak perlu mengkhawatirkan Ayah dan Ibu. Jika ada masalah sama Mas mu selesaikan dengan kepala dingin. Tidak ada rumah tangga yang selalu berjalan mulus, semua punya ujian masing-masing. Dulu, Ayah juga begitu, gak mesra terus sama ibu. Tapi, ibu dengan sabar selalu menjadi penyemangat Ayah ketika Ayah marah. Begitupun suami kamu, gak semestinya kamu tinggal dalam keadaan kamu marah, kamu kecewa dengan diri kamu, kamu ngerasa gak pantas dengan mas karena kamu ngerasa mas terlalu baik. Kak, yakinlah, suami seperti mas banyak dirindukan oleh para orang tua di luar sana. Termasuk Ayah salah satunya. Siapa yang tidak bangga dengan menantu seperti mas. Bahkan mas tiap bulan mengirimi ibu mu uang, padahal kami tidak minta itu. Belum lagi Mbah Kung, yang juga sering mentransfer sejumlah uang. Karena berharap Mas mu di terima dengan baik oleh kami. Kak, mas mu melewati masa-masa berat sejak dia kecil. Maka, tugas mu mendampingi dan memberikan kasih sayang. Balik lah, kak. Kembali pada suami mu. Yang kurang di perbaiki dan yang besar di redam. Ayah mendoakan semua anak-anak ayah di sayangi suami nya, rumah tangga nya sakinah mawwadah dan warrohmah." Tutur Ayah panjang lebar sambil membelai punggung Nara putrinya. Ada air mata yang menggenang di sana.
![](https://img.wattpad.com/cover/309014381-288-k36338.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry, I Didn't Choose You (on Going)
Ficción GeneralPernah saling mencintai dan saling berjuang. Namun akhirnya diantara mereka masing-masing memiliki ego merasa berjuang sendirian. Tertatih dalam menumbuhkan rasa, hingga takdir tak memberikan kesempatan untuk keduanya bersama. Akankah cinta itu ma...