Typo bertebaran
~Happy Reading~
~Lidwinsetya~
🌸🌸🌸🌸🌸
Dalam seminggu ini, Yoga sama sekali tidak bisa tidur nyenyak, beberapa kali mencoba menelpon Nara, namun yang di telpon tidak pernah menjawab dan Yoga mencari sampai ke kost pun Nara tidak pernah ada disana.
Sudah berapa gelas yang pecah dari genggaman Yoga, sudah berapa piring yang tak sengaja juga pecah saat Yoga memegangnya. Sampai Yoga pun bingung pada dirinya sendiri. Tidak biasanya ia sampai harus menghancurkan barang-bareng pecah belah.
Yoga memejamkan matanya, karena sedari tadi pening yang di rasa tidak juga reda.
Hatinya mulai resah, semenjak pertama kali dia kembali dari Bali, sampai hampir dua bulan lamanya Yoga tidak pernah bertemu Nara.
"Bang, semenjak abang dari Bali, lalu setelah saya dinas di pelabuhan, Abang sampai sekarang gak ketemu sama Nara?"
"Iya, Tur,Saya gak pernah ketemu, waktu kami yang mungkin belum tepat. Karena Rida juga sekarang tugas di Matraman jadi gak pernah bareng lagi sama Nara. Saya sudah telepon dia Tur. Katanya gak tahu sekarang Nara gimana karena jarang bertemu juga, saat bertemu pun pas di kamar, Rida sudah tidur."
"Kenapa gak coba datang ke tempat kerjanya bang?"
"Saya gak tahu tempat kerjanya Tur, waktu itu, Rida ngasih tau saya kalau Nara sering ikut pameran di beberapa tempat."
"Susah juga ya, kalau gitu. Kenapa Abang gak coba nunggu di stasiun?"
"Belum sempat Tur, saya belum ada waktu, kamu lihat sendiri, saya masih sibuk anter jemput bapak yang sering keluar kota."
"Saya gak tahu ini kebetulan atau apa ya bang, sebenarnya beberapa hari lalu saya lihat Nara, di depan markas komando dekat WTC bang, atau mungkin saya yang salah lihat."
"Yakin kamu? Itu Nara?"
"Sepintas sih iya bang"
"Tur,ada yang kamu sembunyikan dari saya?"
"Bang, mohon maaf ya, saya benar-benar minta maaf. Walaupun saya yakin itu Nara bang. Tapi sorot matanya jelas beda, sorot mata Nara gak seperti yang biasa kita lihat."
"Maksud kamu gimana? Ada sesuatu sama Nara?"
"Bang, paksain ya, harus ketemu sama Nara. Biar mastiin aja, Nara baik-baik aja"
"Nanti malam saya usahakan nunggu di halte tempat biasa"
"Begitu lebih baik bang"
"Saya, bingung Tur, gimana mau menjelaskan sama Nara, ketika saya pergi tanpa pamit sama dia. Pas balik dari Bali saya dapat kabar yang gak enak."
"Bang, gak semua yang kita ingin tahu, akan di jawab saat itu juga."
"Betul, Tur"
"Ngomong-ngomong sudah berapa gelas dan piring yang abang pecahin?"
"Maaf, gak sengaja, saya juga gak tau kenapa bisa mecahin banyak gelas dan piring."
"Orang lagi rindu emang beda, bang. Saya sih memaklumi kalau abang rindu sama Nara pasti rasanya gak enak. Cuma jangan keseringan juga mecahin barang-barang."
"Tur, terima kasih ya, sudah mau memaklumi saya. Padahal saya gak enak banget lòh, sama yang lain juga."
"Anak-anak sih biasa aja bang, tau sendiri Kan, kalau jatuh cinta itu ibarat tai kambing dikira coklat."

KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry, I Didn't Choose You (on Going)
General FictionPernah saling mencintai dan saling berjuang. Namun akhirnya diantara mereka masing-masing memiliki ego merasa berjuang sendirian. Tertatih dalam menumbuhkan rasa, hingga takdir tak memberikan kesempatan untuk keduanya bersama. Akankah cinta itu ma...