Typo bertebaran
~Happy Reading~
~ Lidwinsetya ~
🌸🌸🌸🌸
Saksi pada hati adalah kesiapan untuk mulai memastikan dan mematenkan dalam hubungan yang di namakan setia, tidak banyak pasangan terpaku pada satu hati, banyak dari mereka yang tiba-tiba mendua, hanya karena ingin lebih memastikan hati tertuju pada siapa.
Nara menghela nafas, nomor asing yang menghubunginya membawa pada debar rasa yang jauh berbeda saat bersama Yoga, Nara ingin sekali memastikan sekali lagi, bahwa hatinya tetap untuk Yoga. Namun, semakin mencoba, semakin Nara merasa tidak adil untuk Yoga ketika hatinya tetaplah tidak bisa menerima.
Yoga bukanlah lelaki berwajah biasa, Yoga termasuk lelaki berwajah tampan menurut versi wanita Indonesia yang mungkin matanya tidak katarak seperti Nara.
Berbeda jauh dengan Prasetyo Bagaskara, lelaki berhidung pesek dengan mata bulat, berbulu mata lentik dan kulit yang setengah kuning setengah sawo matang. Tidak hitam atau pun cokelat.
Hari ini Nara masuk middle seperti biasa nya. Walaupun middle tidak menutup kemungkinan jika Nara harus lembur, kerja bagai kuda tapi tidak kaya-kaya.
"Ya, halo" Nara mengangkat telepon dari nomor asing. Berbeda dibanding nomor semalam yang mengirimnya pesan.
Tidak ada balasan suara, hingga keningnya mengerut, Nara masih tidak mendapat jawaban. "Kalau tidak ingin bicara, saya tutup teleponnya"
"Saya Setyo" suara dari seberang sana terdengar dengan suara bass.
"Maaf Setyo mana ya?"
"Adek, melupakan Saya?" Lagi, suara yang terdengar sexy.
Nara, berpura tak mengenali, walaupun Nara meyakini jika yang menelponnya adalah Setyo yang beberapa hari lalu berjumpa dengannya di stand pameran di WTC mangga dua.
"Sudah ingat?"
"Oh, ya, Mas Prasetyo ya? yang saat itu bareng sama Mas-mas berambut batok kelapa ya?" Ucap Nara sambil terkikik geli.
"Ya, syukurlah kalau sudah ingat. Mas kira adek gak ingat saya"
Ah, ribuan kupu-ķupu sedang beterbangan diatas kepalanya. Nara seolah salah tingkah, walaupun Nara tahu Setyo tidak melihatnya saat ini.
"Dek"
"I-iya" ucap Nara terbata.
"Nanti saya jemput kamu saat pulang kerja ya?"
"Maaf, hari ini saya Off, jadi tidak ke WTC, mungkiñ lain kali saja. Karena saya hari ini ingin istirahat"
"Oh, begitu. Baik lah, besok saja saya jemput nya"
Lagi, Nara jadi salah tingkah mendengar suara merdu yang mendayu di telinganya. "Ya, kalau memang saya tidak lembur"
"Dek, ada yang mau saya bicarakan sama kamu"
"Bicara apa?"
"Besok saja saya bicaranya setelah kita bertemu. Ada hal penting yang saya ingin sampaikan sama kamu."
"Hmmmmm, gak bisa sekarang ya?"
"Besok saja ya. Selepas saya turun piket"
"Oh, jadi sekarang lagi piket?"
"Iya, saya piket malam ini besok turun pagi jam sembilan. Setelahnya saya libur"
"Begitu, ya sudah kalau tidak ada yang ingin ri bicarakan saya tutup ya. Saya mau istirahat"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry, I Didn't Choose You (on Going)
Roman pour AdolescentsPernah saling mencintai dan saling berjuang. Namun akhirnya diantara mereka masing-masing memiliki ego merasa berjuang sendirian. Tertatih dalam menumbuhkan rasa, hingga takdir tak memberikan kesempatan untuk keduanya bersama. Akankah cinta itu ma...