Jadian

76 4 2
                                    

Typo bertebaran


Melihatmu tersenyum bahagia
Membuat hati bergetar tak menentu

~Yoga Pradipta~

~~~~~Selamat membaca~~~~~

~~~~~☔☔☔~~~~~

Merengkuh dalam do'a untuk mendapat jawaban kepastian akan hati, memilih berlabuh untuk siapa? Ketika cinta itu menyapa, memanglah tidak mungkin datangnya untuk  bercanda. Pada dasarnya keintiman dalam setiap pertemuan membuat rona-rona merah jambu tumbuh subur dalam aliran nadi.

Jangan menggantungkan hati pada pilihan yang meragu. Jika tidak ingin sakit, bisa jadi akan kecewa. Bertumpu pada lembaran kegagalan di masa lalu, terkadang membuat luka itu masih tetap tumbuh subur walau tidak lagi tersiram pupuk.

Jangan meminta  pada apa yang diri sendiripun tak yakin untuk merawatnya, namun, karena ketidak enakan diri akhirnya terpaksa menyetujui.

'Hey, hati tak sebecanda itu' teriaknya dalam hati.

Rona kebahagiaan mungkin bisa terjadi ketika dua insan saling mencintai dan merasakan hal yang sama. Namun, akan berbeda jika diantara keduanya masih meragu akan cinta yang tumbuh atau hanya belas kasih yang tidak tega untuk di tolak.

Beragam cara dan upaya telah di pertaruhkan untuk menentukan pilihan hidup. Ya, berpacaran dan menjalin kisah asmara sama halnya dengan mempertaruhkan kehidupan untuk sesuatu yang mustahil.

"Ra, gimana? Jadi, kita ke Monas?" Rida memastikan kembali pada sahabatnya itu.

" Sepertinya sih jadi. Cuma gak tahu, nunggu mas Yoga ngasih kabar saja"

"Hubungan kamu seperti apa sih!  Kok jalan di tempat." Rida mulai kepo.

"Biasa aja, gak ada yang spesial." Balas Nara cepat.

" Jadi.....sampai sekarang kamu gak jadian sama Yoga?"

Nara menggeleng. Ya, memang hubungannya seperti biasa saja, sama seperti hari-hari sebelumnya.

"Ra, kamu gak mau memikirkan kembali? Sayang loh, kalau kamu gak jadian sama Yoga. Anaknya baik kok. Cara bicara dia lebih  santun, Ra."

Ya, Nara tidak memungkiri bahwa  Yoga sangat berbeda. Tapi, kenyamanan hati tidak mungkin bisa Nara cegah. Entahlah, bagaimana keadaan selanjutnya Nara pun tak tahu.

Kriiiing......kriingggg.

Telepon berbunyi nyaring suaranya memenuhi ruang tamu. Ku lihat Rida sigap menerima telepon itu.

"Ra, Yoga" ucapnya sambil menutup gagang telepon.

Nara menghampiri dan memegang gagang telepon jantungnya mengalun tak terkendali.

"Mas,  ayo kita jadian"  ucap Nara tak yakin.  Entah bagaimana nanti ia tidak ingin memikirkannya dulu. Terlalu pusing.

"Dek, Mas gak mau maksa adek.  Mas ingin semuanya berjalan natural saja.  Mas ingin semua  tanpa paksaan"

Nara menggigit bibir nya, ya, Nara pun memang tak yakin dengan semua ini. Nara hanya merasa nyaman bersama Yoga. Tapi tidak dengan hatinya. Nara  masih tidak sepenuhnya bisa menerima cinta darinya.

"Adek yakin mas"

"Beneran? adek gak terpaksa? "

Sorry,  I Didn't Choose You (on Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang