Awal Kehancuran 2

54 4 0
                                    

Typo bertebaran

~Lidwinsetya~


"Aku hancur
Berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan
Namun, yang ku dapat hanya penyiksaan"

"Nandira Axienara"



🌸🌸🌸🌸


"Mas, itu......."

Nara terdiam saat melihat di belakang tubuhnya ada Setyo yang duduk tepat membelakangnya.

Yoga seolah mengerti, lalu melepaskan genggaman tangannya.

"Mas, balik dulu, kalau ada apa-apa. Kasih tau, Mas. Jangan sakit lagi, banyak makan dan cepat istirahat."

Yoga memandang sekilas ke arah Prasetyo berada. Setyo hanya diam tanpa bicara, kepulan asap rokok yang di apit dari kedua jari nya, wajah datar dan tidak bisa di tebak membuat siapapun enggan hanya untuk bertegur sapa.

Yoga memilih untuk membetulkan jaket yang di kenakan Nara. Sambil menggerakan ibu jari ke pipi Nara. Yoga menarik nafas dalam, rasa sesak mungkin tidak dapat lagi terelakkan.

"Mas, Adek....."

"Gak,apa‐apa, Mas ngerti. Nanti kita bicarakan kalau Adek ada waktu." Sanggah Yoga.

"Mas, tunggu....." Nara menarik tangan Yoga ketika Yoga melangkahkan kaki untuk meninggalkan nya.

"Selesaikan, Mas tidak bisa berada di samping kamu ketika ada orang lain yang menunggu" ucapan itu membuat genggaman tangan Nara mengendur.

Yoga melangkahkan kaki semakin menjauh, Nara masih diam di tempat yang sama, jaket pemberian Yoga semakin mengeratkan pelukan  atas dirinya sendiri.

Setelah bayangan tubuh Yoga sudah tidak terlihat, Nara melangkahkan kakinya ke arah Setyo. Lelaki itu dengan Kasar membuang puntung rokok dan menginjaknya.

Setyo tertawa meremehkan, seringaian itu seolah menjadi peringatan untuk Nara yang semakin ketakutan.

"Mas, sudah lama disini?"

"Kamu bertanya sama saya?" Dengan aura yang masih menggelap.

"Ya, aku bertanya sama, Mas, sudah lama atau baru?"

"Sedari kamu belum sampai disini saya sudah sampai dan menunggu kamu di atas motor. Hingga kamu duduk disini  tidak lama saya pun duduķ di sini."

"Jangan-jangan kegadisanmu sudah kamu berikan sama lelaki itu?" Ucap Setyo sambil mendengus kesal.

Nara menggeleng pelan, tidak menyangka lelaki di hadapannya berkata sekeji itu. Nara memilih diam dan tidak menjawab apa yang telah di lontarkan oleh Setyo. Walaupun harga dirinya telah hancur akibat perbuatan lelaki itu.

"Hukuman apa yang pantas buat kamu?"

"Maksud, Mas?"

Setyo menarik tangan Nara dan membawanya ke arah motor, Nara semakin ketakutan.

"Naik...."

"Ini sudah malam Mas, aku gak bisa?"

"Ya, justru karena sudah malam, Saya ingin kamu ikut saya."

"Gak, aku gak mau"

"Perlu saya paksa kamu dan membuat kamu tidak bisa berjalan?"

"Mas........"

"Naik"

Lagi, Nara hanya bisa meremas hatinya untuk tidak membantah perkataan lelaki di hadapannya. Setyo yang tempramen dan juga kasar membuatnya seakan tidak lagi berharga di mata lelaki itu.

Sorry,  I Didn't Choose You (on Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang