Gapura Kehormatan (Hasta Pora)

42 2 0
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karya_by ~Lidwinsetya~

_____________________________________

~Menghapus jarak di antara kita dengan cara mengikat di atas tali pernikahan.
Walaupun buruknya masa lalu tidak akan melunturkan niat ku untuk menghalalkan mu~

~Yoga Pradipta~

Waktu yang telah di sepakati bersama akhirnya tiba juga, Yoga memandang wajahnya dalam pantulan cermin yang tepat berada di depannya sambil sesekali tersenyum.

Acara akad nikah yang akan di laksanakan tepat jam sepuluh pagi, di mana sudah ada teman sebarak yang kemarin sore sudah tiba tanpa Yoga tahu. Yang memberitahu Yoga jika mereka pun siap untuk menunggu akad berlangsung.

Perjalanan ke gerbang pernikahan yang menurut Yoga selalu mendapat kejutan dari teman sejawatnya. Entah harus seperti apa Yoga mengatakan kata terima kasih pada mereka semua yang ikut andil dalam acara pernikahannya.

Yoga sama sekali tidak di beritahu oleh komandan Arfa, yang kemarin sore pun ikut serta bersama teman sebaraknya. Bahkan, komandan Arfa, Kania istri daei komandan Arfa turut serta ikut datang ke pulau seribu secara khusus meluangkan waktu. Komandan Arfa pun langsung memberikan instruksi malam hari untuk melaksanakan gladi upacara hasta pora.

Yoga tidak bisa mendeskripsikan tentang orang-orang yang banyak berjasa atas hari bahagianya itu, dia terharu sekaligus merasa malu akan tindakannya saat menghancurkan cermin yang berada dikamar mandi umum.

Ingatannya terus melayang jauh, mengulang memori bersama teman-teman sebarak yang memang telah lama mengenal Yoga.

"Mas, sudah siap?" Ucap Ayah Nara pada Yoga.

Yoga sedikit terkejut "Siap,Yah. Walaupun tangan Mas gemeteran, padahal sudah latihan dari seminggu lalu. Harusnya Mas gak seperti ini ya, Yah"

"Wajar kok, dulu Ayah juga begitu, sebelum akad Ayah malah sering bolak balik ke kamar mandi karena perut mules dan keringat dingin" Ùcap Hasan sambil terkekeh ketika mengingat kisah nya saat menikah dulu.

"Ibu dan Bapak, gimana? Sudah siap mengantarkan cucu untuk bersama putri saya?" Celoteh Hasan lagi.

"Tentu saja kami siap. Yoga bukan hanya cucu kami. Yoga adalah pelita kami, kehadiran Yoga membuat kami selalu merasa bersyukur. Kami sebagai saksi atas cucu kami. Pak Hasan tentu sangat tahu, bahwa Yoga sudah tidak memiliki Ayah dan Ibu. Ketika Yoga bercerita tentang Pak Hasan dan Bu Rahma yang sangat menyayangi dan menganggap cucu kami seperti anak sendiri, Kami tidak pernah ragu lagi untuk melepaskan Yoga kepada kalian"

Sorry,  I Didn't Choose You (on Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang