Kisah I Didn't Choose You bukanlah sekedar kisah biasa.
Ada banyak tempat dimana author pernah tinggal disana.Typo bertebaran
بسم الله الرحمن الرحيم
~Lidwinsetya~
Memiliki wajah pas-pas an belum tentu tidak menarik di mata orang, ada juga orang yang tidak memandang fisik sempurna untuk sebuah kata 'nyaman' semua kembali kepada diri pribadi.
Cantik, banyak wanita saat ini lebih ingin tampil sempurna untuk menarik perhatian lawan jenis. Nge-jomblo seakan jadi dosa berkepanjangan, karena di nilai ndeso hanya karena predikat jomblo akut.
Padahal, gak semua wanita menginginkan hal demikian menimpanya. Toh, selama ini semua baik-baik saja selama menjomblo.
"Ra, tumben kamu pakai celana jeans dan kemeja, mau kemana?" ucap Rida sambil berbenah ruang kamar ukuran dua kali dua.
Seperti bentuk kubus untuk ukuran dua orang, berjalannya bulan dan berganti tahun, membuat Rida dan Nara saling mengerti dan sering berbagi sedih dan bahagia.
"Malam mingguan dong, emang situ, masih jomblo, setelah si Sugus itu pergi seperti si Pram." ucap Nara tak kalah sengit.
"Halaaah paling juga jalan sama bang Dodi atau siapa tuh namanya, dua lelaki culun, item, cepak, dekil." Rida sambil bersungut.
"Nanti juga ada yang kemari nyariin kamu Da, yakin deh bentar lagi pasti ada. Seperti yang kamu sebut tadi apa tuh, item, culun, dekil. Nah, pas banget cowok idaman kamu." Nara tertawa terbahak-bahak.
"Duh, belum kepikiran aku cyyintaaah. Malam ini kita gak malam mingguan dong."
Wajah Rida seperti kucing yang sedang meminta makan.
"Mual aku lihat tampang mu Sa, gak ada tampang lebih melas selain ini? "
Pletak
"Kan, kebiasaan aku di jitak lagi. Gak di sini gak disana. Tetap aja deh, aku di jitak terus."
"Memang pantas kamu di jitak. Kalau ngomong gak pake ayakan pasir"
Nah, mulai lagi kan. "Iya-iya.... Nara mah apa atuh cuma saringan tahu"
"Nah, sadar diri kan!"
"Semprul, tak kira kowe mengangkat derajatku setelah aku merendah"
"Mulaaaii lebayyyy" Rida mendengus sebal.
"Tampilan sudah paripurna, tinggal nunggu babang tamvan datang menjemput anak gadis putri mahkota raja pulau antah barantah" Nara bergumam sambil meledek Rida.
"Gendeng, dari mana tampilan paripurna cuma kayak gitu doang aku juga bisa."
"Jiaah, bilang aja iri sama aku, yaaa khaaaan, Iyaaa kawasan, ayo ngaku" Nara mengedipkan mata cepat.
"Huweeekkk, iri juga gak, yang ada gatel tanganku. Sini aku dandanin kamu, ini bukan paripurna tapi anak begajulan yang suka nongkrong di pinggir rel kereta kalau siang. Tomboy banget sih kamu Ra, gimana ada yang mau lirik kamu kalau kamu gak tampil manis bak putri keraton."
Rida merias Nara sedemikian rupa, memoles bedak, eyeliner dan juga maskara. Tak lupa juga eye shadow warna coklat, membuat iris mata menjadi tajam dengan perpaduan make up yang dijadikan dempul di wajah hitam manis milik Nara.
"Nah, gini kan enak. Di lihat dari ujung monas pun masih bisa di lihat." ucap Rida sambil terkekeh.
"Dih, apaan ujung monas. Kecil banget dong aku kalau di lihat dari ujung monas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry, I Didn't Choose You (on Going)
Novela JuvenilPernah saling mencintai dan saling berjuang. Namun akhirnya diantara mereka masing-masing memiliki ego merasa berjuang sendirian. Tertatih dalam menumbuhkan rasa, hingga takdir tak memberikan kesempatan untuk keduanya bersama. Akankah cinta itu ma...