Berdiri Sebagai Perisai

2.6K 282 10
                                    

Dimar tahu, keputusan yang ia ambil secara mendadak membuat banyak orang kebingungan termasuk Malaka. Dimar tidak memiliki cara selain ini untuk menyelamatkan gadis itu. 

Bayangkan saja, Malaka harus menikah dengan lelaki yang telah menghancurkan masa depannya? Karena kejadian naas itu, Malaka harus mengalami nasib buruk. Setiap hari selalu merasa ketakutan, waspada, trauma karena ulah si pelaku. Lalu tiba-tiba, Malaka ingin dinikahkan dengan lelaki seperti itu? Yakin Malaka akan diperlakukan baik? Bukannya sama seperti mendorong Malaka ke dalam jurang paling curam? Tidak, Dimar tidak bisa membiarkan Malaka berada di posisi yang jauh lebih sulit. Nasti akan menangis di atas sana kalau adiknya hidup menderita.

Dimar meletakkan segelas air di depan Malaka. Setelah kedua orang tua Malaka diantar ke rumah penampungan Sina, Malaka sengaja ditinggal di rumah Dimar untuk membicarakan masalah mereka. Dimar ingin meluruskan sesuatu...

"Aku minta maaf karena nggak berunding sama kamu dulu." Dimar memilih duduk di samping Malaka, memberi jarak sedikit lebih jauh supaya Malaka tidak merasa was-was berdekatan dengan lelaki.

Kata Kamya tentang Malaka, gadis itu menjadi ketakutan setiap kali didekati lawan jenisnya. Di rumah Sina, Malaka lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam kamar daripada berbaur dengan yang lain. Malaka hanya akan keluar saat hanya ada perempuan.

Malaka menunduk memangku gelas di tangan. Jujur saja ia menjadi bimbang untuk mengambil keputusan. Malaka lebih baik mati daripada harus dinikahkan dengan pelaku pelecehannya. Malaka tidak cukup kuat menambah beban di bahunya terus menerus.

"Sebelum kamu salah paham sama maksud aku. Di sini aku mau menjelaskan sesuatu," ujar Dimar. "Aku harus melakukan ini untuk menyelamatkan kamu. Walau aku nggak ada di posisi kamu, tapi aku cukup tahu setakut apa yang kamu rasakan. Aku juga punya adik hampir seusia kamu."

Dimar mengatakannya karena tidak ingin dianggap mencari keuntungan dalam masalah yang Malaka hadapi. Dimar berani bersumpah, niatnya hanya ingin membantu Malaka keluar dari masalah—walau pada akhirnya Dimar membuat masalah baru untuk dirinya sendiri. Ia bukan cuma harus menjelaskan kepada Ibu dan adik-adiknya nanti. Juga, Awan....

Dimar mengusap wajah, menjilat bawah bibirnya sebelum kembali berbicara. "Setelah kamu sama aku menikah nantinya, kamu nggak perlu khawatir. Aku nggak akan menuntut kamu melakukan tugas-tugas istri. Tugas kamu dari aku cuma, selesaikan pendidikan kamu setelah melahirkan bayi kamu." Dimar menarik napas panjang lalu mengembuskannya. "Karena keinginan Nasti, ingin melihat kamu kuliah sampai selesai."

Sebagai teman yang menyayangi Nasti, peduli kepada Nasti, Dimar merasa ingin mewujudukan salah satu impian Nasti. Salah satunya menyekolahkan Malaka sampai lulus. Melihat adiknya memiliki pendidikan lebih tinggi dan bisa bermanfaat untuk keluarga dan orang di sekitarnya. Bagi Dimar, impian itu cukup sederhana. Dimar bisa mewujudkan itu.

"Kamu bisa menikmati kehidupan kamu setelahnya. Kamu bisa sembunyikan identitas kamu sebagai Ibu dan istri. Karena pada dasarnya, aku menikahi kamu bukan untuk dijadikan istri. Kamu lebih seperti seorang adik buat aku."

"Tapi Kak Dimar punya...," cicit Malaka, ia tahu rahasia Dimar dari Nasti. Itu pun karena ia tidak sengaja membaca pesan dari ponsel kakaknya. Dimar mengeluh sedang bertengkar dengan pacarnya. Namun, nama pacar Dimar terdengar seperti lelaki.

"Kamu tahu?" tanya Dimar.

Malaka mengangguk kaku. "Bukan Kak Nasti sengaja ngasih tahu aku dulunya. Tapi sumpah, Kak! Cuma aku aja yang tahu selain Kak Nasti. Ibu sama Bapak nggak tahu."

Dimar tersenyum tipis.

Mustahil jika Malaka tidak tahu mengingat gadis itu sangat dekat Nasti. Apa pun yang disimpan Nasti, rasanya akan sulit disembunyikan dari Malaka. Tapi Dimar tidak mempermasalahkan itu. Toh, Malaka tidak mungkin menyebarkannya.

You Are My Home [Sidequel Ayo, Kita Cerai!] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang