BAB 1 | Si Barbar dan Si Sableng

715 81 149
                                    

Selamat pagi semuanya ... apa kabar? ❤️

Aku balik lagi nih! Aku balik dengan cerita baru, kisah masa putih abu-abu ❤️

Selamat membaca ... semoga kalian suka ya.. terima kasih banyak ❤️

***

"Kamu nggak kesiangan, Cy?" tanya seorang pria paruh baya selepas melihat sebentar ke arah benda yang melingkar lekat di pergelangan tangannya.

"Baru lima belas menit kok, Pah. Nggak apa-apa, Cyrilla ke sekolah dulu ya, Pah!" Seorang gadis bertubuh tinggi namun kurang berisi di banyak tempat, Cyrilla Meraa Wijaya adalah name tag yang menghiasi seragam putih abu-abu gadis itu.

"Hati-hati menyeberangnya, Cy," tambah pria yang dipanggil Papa oleh Cyrilla.

Gadis itu mengangguk, setelah berpamitan, Cyrilla segera melenggang ke seberang menuju tempat di mana mulai hari ini dirinya adalah siswa baru di SMA Impian Nusantara. Cyrilla baru saja sampai di depan sekolah, segera ia berbalik badan dan melambai kepada papanya yang masih menunggu di tempat mereka berhenti tadi.

Setelah memastikan papanya berlalu, alih-alih menuju gerbang sekolah yang terlihat banyak siswa terlambat sedang dihukum oleh satpam sekolah, Cyrilla justru berlari menuju sudut sekolah. Di sana, dia mendapati beberapa orang siswa laki-laki yang sedang berusaha masuk ke dalam sekolah dengan cara memanjat pagar.

"Tu-tunggu, tunggu!" sergah Cyrilla seraya menarik tas siswa laki-laki yang berada di depannya. Siswa itu baru saja menaikan sebelah kakinya di pagar, bersiap untuk memanjat.

"Tali sepatumu lepas!" Cyrilla mengarahkan jari telunjuknya ke salah satu sepatu laki-laki itu. Secara refleks laki-laki itu membungkukkan tubuhnya untuk mengikat tali sepatu yang lepas. Momen itu dimanfaatkan oleh Cyrilla untuk memanjat ke pagar dengan punggung laki-laki itu sebagai batu lompatnya.

Cepat-cepat gadis itu memanjat melewati pagar. "Sorry, baju belakangmu jadi kotor!" celetuk Cyrilla setelah tubuhnya berhasil beralih dari luar pagar ke dalam sekolah.

Gadis itu merogoh saku bajunya dan menemukan uang lembaran dua puluh ribuan dan menjatuhkan uang itu tepat mengenai ujung sepatu laki-laki yang sudah membantunya naik pagar. "Anggap saja sebagai ganti biaya laundry bajumu, mm ... Jayden Adnan." Gadis itu baru saja selesai melafalkan nama yang tersemat di bagian dada sebelah kanan laki-laki yang baru saja terkena cap tapak sepatunya.

Secepat yang Cyrilla bisa, dia berlari menuju lapangan upacara yang terletak di depan dekat dengan gerbang sekolah. Lapangan upacara adalah tempat yang diberitahukan oleh panitia penerimaan siswa baru sebagai titik berkumpul para siswa baru untuk mendapatkan pengarahan terkait ospek yang akan dimulai besok. Gadis itu beruntung, sebab seluruh siswa baru sedang diarahkan untuk keliling sekolah, mengenal lingkungan sekolah. Sehingga dia bisa langsung masuk ke dalam kumpulan siswa baru di lapangan upacara.

"Hei!" sapa Cyrilla seraya mendaratkan tepukan ringan di pundak seorang gadis bertubuh mungil yang berada di barisan belakang, dengan garis bibirnya melengkung ke atas memperlihatkan lesung yang kentara di pipi Cyrilla.

"Oh, hai juga!" balas gadis itu dengan wajah tersenyum.

"Aku ketinggalan info apa, nih?" Cyrilla tanpa basa-basi setelah berhasil membuat napasnya yang tersengal kembali normal.

"Oh, mm ... tadi baru perkenalan guru-guru saja kok. Memangnya kamu habis dari mana, kok bisa ketinggalan info?"

"Tadi aku ke toilet, kebelet!" Cyrilla melanur sebisanya, gadis yang menjadi lawan bicaranya mengangguk.

"Oh iya, kenalkan, aku Cyrilla!" seru gadis itu sembari mengulurkan tangannya.

"Aku Palupi, panggil saja Upi." Segera gadis bernama Palupi itu membalas jabatan tangan Cyrilla.

Our Story ✔️(TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang