BAB 18 | Luka

57 23 4
                                    

Cyrilla duduk di ruang makan, mengaduk secangkir teh dengan aroma melati yang menyeruak masuk ke indra penciumannya. Di hadapannya tersaji jenis-jenis pastry mulai dari croissant dengan bentuk bulan sabit cantik, bagel yang bentuknya seperti donat dengan olesan krim bluberi, dan muffin bertabur choco chips, semuanya dibawa Mama Cyrilla dari sekolah. Mama selalu membawa hasil praktik siswa jurusan Tata Boga yang menurutnya enak untuk dibawa pulang, sebuah kebanggaan tersendiri membawa pulang hasil praktik siswanya, apalagi mendapatkan komentar enak dari yang memakan, itu berarti siswanya berhasil.

Hidangan cantik dengan aroma manis yang khas itu sukses membuat air liur Cyrilla nyaris menetes. Bagi Cyrilla, makanan adalah jurus ninja yang tepat untuk mengembalikan mood. Heavy baru saja pulang setelah mengantarnya.

"Dekatnya dengan Jayden, kok pacarannya dengan Heavy, Dik?" selidik Sesy, dia duduk bersebrangan dengan Cyrilla.

Gadis yang tengah sibuk mengunyah bagel itu kesulitan memberikan jawaban.

"Ya ditelan dulu dong kuenya, baru jawab pertanyaan Kakak, ada-ada aja kamu mah," celetuk Sesy gemas dengan kelakuan adiknya.

Cyrilla meminum dalam satu kali tenggak teh melati yang sudah menghangat, dia lalu berkata, "Panjang ceritanya, kalau diceritain bisa-bisa selesainya sampai lebaran."

"Hm ... lagian kamu mau cerita sepanjang apa sih, Dik? Kamu nggak pegel apa ngoceh sampai lebaran?"

Cyrilla tertawa, dia menyudahi tawanya lalu mulai bercerita. "Jayden pacaran sama Yufa, jadi aku dan Kak Heavy jadian. Gitu deh intinya, Kak." Wajah cantik itu berubah masam.

Sesy melongo. "Gimana ceritanya Jayden pacaran sama ... siapa tadi namanya?" tanyanya tidak habis pikir.

"Yufa, Kak, Yufa Ananda Putri. Itu nama pacarnya Jayden. mereka baru jadian, aku diminta jadi Mak comblangnya, dan aku menyetujui. Aku minta Jayden pacaran sama Yufa, dan mereka jadian. Gitu," jelas Cyrilla yang sebenarnya malas mengingat hal itu lagi, gadis itu bertekad untuk melupakan perasannya kepada Jayden.

Wajah Sesy terlihat terkejut, Sesy menyeret kursi hingga mendekat di sebelah adiknya. "Kamu waras Cyrilla?" Tangan kanan Sesy menyentuh kening adiknya, memastikan suhu tubuh Cyrilla. "Nggak panas kok," ucapnya.

"Memangnya Kak Sesy pikir aku gila? Waras ih ...!" omel Cyrilla menyingkirkan tangan Sesy dari keningnya.

"Ya kalau waras, kenapa kamu tega meminta Jayden pacaran sama cewek itu? Kamu nggak peka atau bagaimana sih, Dik? Kamu tahu kan kalau Jayden suka sama kamu?" Sesy mencerocos dengan gemas, dia menyubit lengan Cyrilla hingga gadis itu mengaduh.

"Sakit, Kak." Cyrilla mengelus lengannya yang memerah.

"Aku tanya, kamu tahu nggak kalau Jayden suka sama kamu, Cy?" ulang Sesy.

Cyrilla menggaruk ujung dagunya sambil lalu, dia mengangguk. "Aku tahu, tapi—" Belum sempat melanjutkan kalimatnya, Sesy menggebrak meja.

"Ampun Cyrilla ... bisa-bisanya kamu tahu kalau Jayden suka sama kamu, tapi kamu malah nyuruh dia pacaran sama cewek lain? Hati kamu di mana, Dik?" Wajah Sesy penuh dengan guratan, emosinya meletup-letup.

"Memangnya kamu nggak suka Jayden?" tanya Sesy sembari mengurut dadanya, mencoba untuk meredakan amarahnya.

"Aku suka, Kak. Aku suka banget malah ... parahnya, lebih dari sekedar suka, sepertinya aku jatuh cinta, Kak."

"Ampun budak gelo! Teuing ah!" 1)*  Sesy meninggalkan Cyrilla di meja makan, tidak ingin tahu lagi kelanjutan cerita adiknya itu. Sesy hanya yakin, kalau adiknya pasti akan menyesal, mungkin sampai meraung-raung karena patah hati melihat Jayden bersama dengan gadis bernama Yufa yang diceritakan Cyrilla.

Our Story ✔️(TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang