BAB 7 | Kunjungan

104 37 24
                                    

Halo ... terima kasih sudah baca sampai bab ini ya. Semoga suka dengan ceritanya ... 😊

"Kamu pemaksaan!" celetuk Cyrilla suaranya sengaja dikencangkan agar tidak kalah dari suara guyuran hujan.

"Tapi kamu suka kan aku paksa."

Tanpa basa-basi sahutan Jayden membuatnya mendapatkan sebuah cubitan dan geplakan di punggungnya. Laki-laki itu mengaduh.

"Rasain!" Cyrilla menyudahi dengan senyum mengembang di wajahnya.

"Kiri, kiri, pagar warna kuning itu rumahku." Dua kali tepukan ringan mendarat di pundak Jayden.

"Kiri, kiri ... memangnya kamu pikir aku tukang ojek?" Mesin motor dimatikan tepat di depan pagar berwarna kuning yang disebut Cyrilla sebagai rumahnya.

Cyrilla menyudahi tawanya, merogoh saku bajunya. "Loh bukannya kamu memang sengaja jadi tukang ojek-ku ya? Nah, ini," ujarnya seraya memberikan uang lembaran dua puluh ribuan, yang segera ditolak mentah-mentah oleh Jayden.

"Enak saja! Ganteng-ganteng gini masa kamu samakan aku dengan tukang ojek."

"Idih ada yang merajuk!" Cyrilla semakin semangat mengejek laki-laki tampan di depannya. Masih saja narsis ya, ucapnya dalam hati, dia terkekeh sendiri.

Suara batuk-batuk kecil terdengar dari samping rumah. "Cyrilla, mau sampai kapan kamu hujan-hujanan ala Indiaan di situ, Dik?"

Kalimat sapaan dari Sesy sontak membuat Cyrilla dan Jayden belingsatan seperti cacing kepanasan. Cyrilla segera menghampiri Sesy dan mencium punggung tangannya. Semetara Jayden melemparkan senyum super ramah kepada Sesy.

"Punten, Teh," ujar Jayden masih dengan senyum tersuguh di wajahnya yang tampan. Ia berucap setelah kepalanya tertunduk sebentar sebagai tanda hormat kepada Sesy.

Bisaan si Cyrilla, pameget na karasep kabeh. Sesy membatin, dia lalu membalas senyum tamu adiknya itu dengan tak kalah ramah. "Gerah ya, padahal sedang hujan," kata Sesy seraya mengipas wajahnya dengan telapak tangan. "Ayo masuk, kelamaan diguyur hujan nanti masuk angin loh ...!" sambungnya.

Gelagapan dengan ajakan kakaknya, Cyrilla menatap ke arah Jayden dengan pandangan harap-harap cemas, dalam diam Cyrilla berkata, tolak saja, Jay ... Tolong loloskan aku dari interogasi keluargaku. Gadis itu sungguh berharap Jayden dapat membaca pikirannya. "Kamu mau langsung pulang kan, Jay?" Akhirnya kalimat itu yang terucap.

"Heh mana ada orang yang nggak tahu malu gini, baru diantar pulang, bukannya diajak masuk malah langsung disuruh pulang!" Sebuah jitakan mendarat mulus di kepala Cyrilla, dan gadis itu mengaduh sambil mengusap-usap kepalanya yang kena sasaran Sesy tadi.

"Ayo masuk dulu." Sesy memberikan payung kepada Jayden, dan menarik tangan Cyrilla agar mendekat kepadanya.

"Terima kasih." Jayden menerima payung yang disodorkan oleh Sesy, dia lalu mengikuti kakak-beradik itu masuk ke dalam rumah. Setelah mengucapkan salam kepada pemilik rumah, Jayden masuk dan disambut hangat oleh Mama Cyrilla.

"Terima kasih, loh, sudah mengantarkan anak Mama, Nak." Mama berucap saat pemuda tampan berseragam SMA itu mencium punggung tangannya.

"Sama-sama, Tante. Saya juga terima kasih, dan mohon maaf malah merepotkan, Tante." Senyum tidak luntur dari wajah tampan Jayden, saat Tuan rumah mempersilahkannya duduk.

Tidak lama Sesy datang dengan sebuah nampan berisi minuman dan kudapan.

"Mangga diraosan." Mama mempersilakan.

"Hatur nuhun." Jayden mengambil cangkir berisi teh yang telah disediakan untuknya. "Punten, ditampi," tambahnya setelah mendapatkan jawaban dari yang punya rumah, Jayden meminum tehnya perlahan.

Our Story ✔️(TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang