BAB 12 | Setitik Rasa

75 30 19
                                    

Halooo terima kasih sudah membaca sampai dengan BAB ini ... Mohon dukungannya ya, dengan cara berikan vote dan juga jangan lupa ramaikan kolom komentar, sarannya sangat ditunggu ....

Terima kasih banyak banyaaaak .... Selamat membaca

🍂

Kecupan singkat di keningnya baru saja berakhir. Cyrilla menatap Jayden lekat, laki-laki itu dengan mudahnya melakukan semua hal, tanpa tahu bagaimana pengaruh semua perlakuannya itu kepada Cyrilla. Dada gadis itu bergemuruh, sesuatu dalam perutnya terasa penuh, dan membuat pipinya terasa hangat. Namun di sisi lain, ada hal yang mengganjal dalam dirinya saat ia teringat pembicaraannya dengan Yufa, sesak.

Tubuhnya gemetar, menahan tangis yang mungkin sebentar lagi pecah. Bagaimana kalau Yufa dan Jayden benar-benar jadian? Apa dia akan tetap sedekat ini? Apa aku akan baik-baik saja? Bermunculan tanya dalam benaknya.

"Cyrilla ...."

Namanya dipanggil, tangan hangat mengusap kedua pipi putih gadis itu dengan lembut. "Kamu kedinginan, Cy?"

Cyrilla mengangguk. "Peluk aku, Jay," lirihnya sebelum menunduk.

Jayden merengkuh tubuh Cyrilla, membuat gadis itu berada dalam peluknya untuk beberapa waktu. Tanpa sepatah kata, keduanya sama-sama hanyut menikmati setiap detik yang berlalu dalam hangat yang menjalar.

Aku nggak mau ini berakhir. Jayden membelai rambut Cyrilla lembut, tiba-tiba saja dia sadar kalau sesuatu yang bahkan belum dimulai bagaimana mungkin bisa memiliki sebuah akhir? Laki-laki itu meringis. Sial!

Jayden melonggarkan dekapannya saat ia sadar kalau gadis yang menjadi lawannya berbagi hangat tubuh dengannya itu terisak. "Kamu kenapa?" Suaranya terdengar panik, tidak ada jawaban.

"Apa aku terlalu bertenaga saat memelukmu, aku menyakitimu, ya?" Lagi-lagi tidak ada jawaban. Jayden meraih wajah ayu di hadapannya, memaksa gadis itu untuk menatapnya. "Maaf, kalau aku menyakitimu," ucapnya, kedua ibu jarinya bergerak menyapu titik-titik bening yang membasahi pipi gadis itu.

"Jayden ...."

"Hm." Sebuah senyum lekat pada wajah tampan milik laki-laki itu. "Ada apa?"

Cyrilla ragu. Aku nggak mau kamu menjauh, Jay. Batinnya.

"Kamu mau kita pulang sekarang?"

Nggak mau, jangan pulang dulu. Sekali lagi Cyrilla berucap dalam diam, dia memilih untuk tidak menjawab pertanyaan Jayden.

"Kita di sini dulu sedikit lebih lama, nggak apa, Cy?" Kali ini yang ditanya mengiakan dengan anggukan. Sebuah garis lengkung kembali muncul di wajahnya.

Jayden mengeluarkan ponsel beserta earphone miliknya, mencari sebuah rekaman lagu yang sengaja ia simpan dalam ponselnya. Lagu yang beberapa hari lalu ia ciptakan dengan iringan gitar akustik.

"Mau coba dengar?" Jayden memberikan sebelah earphone kepada Cyrilla, dan gadis itu menerimanya.

Sebuah intro diperdengarkan, petikan gitar yang mengalun membuat suasana Kawah Putih terasa semakin romantis. Detik berikutnya suara husky yang familier terdengar indah berpadu dengan petikan gitar, suara Jayden bernanyi. Cyrilla memerhatikan setiap gerak laki-laki di sebelahnya dengan atensi penuh. Jayden yang terdiam sambil menatapnya lekat, seolah berkata lewat lirik yang ia bawakan dalam lagunya.

Awalnya kukira tak akan ada hari yang kulewati bersamamu

Kamu ... sang pemilik manik biji kopi dengan senyum indahmu

Our Story ✔️(TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang