BAB 20 | Apa Artinya?

56 20 4
                                    

Halo ... terima kasih banyak untuk semua teman-teman yang sudah baca cerita ini, terima kasih atas supportnya ❤️ Semoga kalian terhibur ya. 🥰

🍁

Berdasarkan hasil diagnosis pemeriksaan mulai dari gangguan psikologis seperti stres, pola makan yang tidak benar dan hanya menkonsumsi kopi, pusing dan pingsan membuat Heavy terkena penyakit asam lambung. Keluhan yang dialami Heavy bukanlah keluhan akut dari gerd, sehingga dia hanya perlu melakukan rawat jalan.

"Untuk mengurangi gejala gerd, beberapa hal yang perlu dilakukan tentu saja perbaiki pola makan. Makan 3-4 kali tapi dengan porsi keci. Hindari makanan yang dapat menyebabkan iritasi lambung dan juga minuman berkafein." Pria paruh baya dengan seragam serba putih dengan alat stetoskop menggantung di lehernya itu berkata sambil menulis resep.

"Kelola stres, jangan kurang tidur, lalu obatnya diminum rutin tiga kali sehari sebelum makan ya, Dik," tambah Dokter memberikan resep kepada Heavy.

"Terima kasih, Dok." Ungkapan itu berulang kali diucapkan secara bergantian oleh keluarga Lifa juga Cyrilla.

"Kak Heavy dengar kan, tadi penjelasan Dokter?" tanya Cyrilla sembari memapah tubuh Heavy. Laki-laki itu mengiakan dengan anggukan.

Mobil melaju menuju rumah kediaman keluarga Lifa. Sementara rumah Heavy kosong, karena Heavy sedang sakit dia diminta untuk tidur di rumah Lifa, dan mendapatkan perawatan dari keluarga Lifa.

"Kamu boleh pulang, Cyrilla," ucap Heavy suaranya terdengar pelan.

"Aku nggak mau pulang, Kak ... Kakak kan masih sakit," bantah Cyrilla membantu kekasihnya itu ke luar dari mobil saat mobil sudah menepi tepat di halaman depan rumah Lifa.

"Kamu ...." Heavy menghentikan kalimatnya, menatap kepada gadis cantik yang sudah satu minggu berada di ruamh Lifa, membantunya menyiapkan kudapan untuk pengajian setelah Salat Isa.

"Kamu pasti capek kan, Cy ... kamu pulang ya," pinta Heavy, mengambil kedua telapak tangan Cyrilla, menyentuhnya lembut.

"Kalau kamu ikut sakit juga karena lelah merawatku, aku akan merasa bersalah, Cy," tambah Heavy.

Cyrilla mengembuskan napasnya perlahan, melepaskan genggaman tangan dari tangan Heavy. Meletakkan tangan kanannya pada pipi laki-laki yang maish terlihat pucat, sembari berkata, "Aku nggak apa-apa, Kak. Aku cukup sehat untuk membantu merawat pacarku," ungkapnya lalu mengedipkan sebelah matanya pada Heavy.

Sebuah garis lengkung terbit di wajah cantiknya, berharap kalau senyumnya bisa bersambut senyum juga dari lawan bicaranya. Tetapi nihil, tidak ada senyum menghias di wajah tampan kekasihnya itu.

"Heavy, Cyrilla, ayo masuk, Nak!" seru Ibu dan Abah Lifa dari dalam rumah.

"Ayo, Kak," ajak Cyrilla sambil menggandeng lengan kanan Heavy.

"Aku nggak mau kamu kasihan padaku, Cyrilla," gumam Heavy saat kakinya mulai melangkah.

"Kak," panggil Cyrilla menghentikan langkahnya. "Kak Heavy pikir aku merawat Kakak yang sedang sakit karena aku kasihan pada Kakak?" tanya Cyrilla menatap laki-laki di sebelahnya itu dengan tatapan tidak percaya.

"Kalau bukan kasihan, lalu kenapa, Cyrilla?" Kalimat tanya itu meluncur setelah partikel karbondioksida berembus dengan kasar dari mulut Heavy. Air wajah laki-laki itu terlihat lelah.

Kalimat Heavy membuat Cyrilla membuka rahangnya, menggeleng pelan. "Kak Heavy sungguh bertanya seperti itu kepada Cyrilla, Kak?"

Heavy mengangguk lalu berkata, "Aku lelah Cyrilla, dengan semua hal yang terjadi. Aku bahkan nggak siap kehilangan mereka, nggak ikhlas rasanya. Tapi, saat melihatmu muncul bersama dengan teman-temanmu, menghiburku, ada rasa kesal yang muncul di sini." Dia menunjuk bagian dadanya.

Our Story ✔️(TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang