BAB 10 | Satu Nama

88 34 20
                                    

Lagi-lagi tugas individu, presentasi kelompok, pengerjaan LKS dan PR. Hari-hari sebagai pelajar selalu tentang semua deretan tugas itu. Tanpa terasa, dengan padatnya kegiatan akademik maupun non-akademik, keempat sahabat itu menjadi semakin akrab. Hampir setiap ada kesempatan mereka bertemu di luar sekolah untuk mengerjakan tugas, walaupun ujung-ujungnya tugas adalah nomor dua dan main adalah yang utama. Tetapi mereka konsisten dengan tanggungjawab mereka sebagai pelajar, tugas selesai, bermainpun tetap berjalan.

"Jayden," panggil Cyrilla setelah membaca pesan dari Palupi.

"Hm, ada apa?" Jayden menyahut setelah melihat ke arah spion motornya sebentar.

"Setelah mengantarku kamu mau langsung pulang atau mau ikut belajar bersama di rumahku?" tawar Cyrilla sambil pandangannya lekat ke arah ponsel, sementara jarinya sibuk membalas pesan-pesan yang mausk di ponselnya.

"Siapa saja?"

Palupi: Cyrilla, aku minta maaf karena ke rumahmu tanpa bilang dulu. Aku tiba-tiba teringat PR Fisika dari Bu Ikoh. Aku nggak sanggup kalau mengerjakan sendiri, mana PR nya banyak banget, Cy.

Cyrilla menepuk jidatnya sambil lalu. Dia teringat PR dari guru Fisika yang harus melengkapi seluruh tugas dan uji kompetensi pada buku LKS.

Anda: Ya ampun, Upi. Aku justru berterima kasih karena kamu mengingatkanku tentang PR Ibu Ikoh. Kalau nggak, aku keasyikan main.

Fajar: Cyrilla, kamu di mana? Aku di rumahmu, sedang coba mengerjakan PR dengan Upi. Kamu cepat datang, Cy. Aku lemah kalau nggak ada kamu.

Anda: Lebay deh, Jar! Ini aku sedang di perjalanan pulang kok.

"Cyrilla," panggil Jayden setelah beberapa kali gadis di belakang jok motornya itu belum juga membalas ucapannya.

Jayden mengembuskan napas kasar, dengan sengaja dia menekan rem pada stang kemudi, dan membuat motor yang ia kendarai berhenti mendadak. Cyrilla yang sedang tidak siap dengan hal itu kontan saja menubruk tubuh Jayden yang berada di depannya, helm bertemu helm, sementara dadanya bertemu punggung laki-laki itu.

"Jayden Adnan! Kamu sudah gila ya? Kamu sengaja cari kesempatan saat aku sedang lengah?" oceh gadis itu sambil mendaratkan tepukan beruntun di punggung Jayden.

"Cyrilla Meera, aku dari tadi sedang berbicara denganmu, tapi kamunya sibuk sendiri dengan ponselmu," jelas Jayden saat tepukan di pundaknya berhenti.

Mendengar jawaban Jayden yang tepat sasaran membuat Cyrilla mati kutu, gadis itu hanya dapat melempar senyum kaku, sementara mulutnya terus saja mengucapkan maaf.

"Iya sudah, berisik, Cyrilla. Kamu kan nggak harus meminta maaf terus, memangnya kamu ini radio yang rusak atau bagaimana sih?" sindir Jayden kembali menyalakan mesin motornya. Di sindir seperti itu oleh Jayden, bukannya membuat Cyrilla marah, dia malah tertawa cekikikan.

"Jadi tadi aku tanya, siapa saja yang mau belajar bersama di rumahmu?"

"Oh, itu, ada Upi dan Fajar," ucap Cyrilla sebelum ia kembali asyik dengan ponsel miliknya. "Kamu mau ikut juga, Jay?" tanya gadis itu.

"Boleh." Satu kata mewakili jawabannya.

"Mantap, semakin banyak orang yang belajar semakin cepat PR selesai." Cyrilla teringat cemilan sebelum belajar. "Ada yang mau aku beli, sebelum pulang. Di depan mini market ada pedagang, kita mampir dulu," tambah Cyrilla.

Anda: Aku ajak Jayden belajar, nggak apa kan?

Cyrilla mengirimkan pesan itu kepada dua temannya sekaligus. Tidak lupa ia juga mengirimkan pesan kepada orang tuanya, terutama Sesy.

Our Story ✔️(TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang