BAB 3 | Campur Tangan Mama

124 44 51
                                    

"Kamu diantar pulang sama siapa, Dik?" Seorang wanita paruh baya yang sudah menunggu kemunculan Cyrilla di balik pintu ruang tamu sukses membuat Cyrilla terperanjat.

Cyrilla yang baru saja menginjakan kakinya ke dalam rumah melengos ke arah suara dan mendapati ibunya dengan tatapan menyelidik dan membuatnya tidak dapat berkutik.

"Ciye ... Anak Mama sudah besar rupanya, sudah punya pacar dihari pertama sekolah, hebat!" pekik mamanya Cyrilla dengan senyum menggoda sambil sesekali menowel dagu gadis cantik di hadapannya.

"Iiih ... Mama apaan sih, Mah. Kak Heavy itu bukan pacar, Cyrilla."

"Oalah, jadi namanya Heavy, dan dia Kakak tingkat kamu, Cy?" pancing Mama, kentara sekali dirinya tengah menggali informasi tentang pemuda tampan yang beberapa menit lalu berada di depan rumah sambil menenteng helm di tangannya.

Mama Cyrilla sudah senyum-senyum sendiri saat mengetahui putri keduanya itu diantar oleh teman sekolah Cyrilla, saat melihat emblem sekolah Impian Nusantara melekat di baju pemuda itu. Pasalnya sang mama mengira putrinya akan diantar oleh tukang ojek atau tukang becak seperti biasa kalau tidak dijemput. Tapi ternyata, hari ini berbeda. Tepat saat ia akan mengangkat jemuran di depan rumah, wanita itu malah balik lagi saat mendengar suara putrinya tengah berbincang dengan suara seseorang yang disebut dengan awalan kata Kak. Tidak mungkinkan, kalau tukang ojek atau becak dipanggil dengan sebutan Kak oleh Cyrilla?

"Apaan sih, Mama, kepo banget deh ...!" sergah Cyrilla sambil mencoba untuk berlalu dari hadapan reporter dadakan di rumahnya.

Derai tawa memenuhi ruangan. "Eh, Cy, Mama serius bertanya loh!" Mama sudah terlebih dulu berada di depan pintu penghubung ruang tamu dengan ruang keluarga, menghadang laju Cyrilla.

"Cyrilla juga serius kok, Mah. Lagipula, Cyrilla dan Kak Heavy juga baru kenal, dia itu ketua MPK di sekolah." Tanpa sadar Cyrilla berbicara lebih jauh tentang siapa Heavy.

"Terus, kok bisa sih dia sampai mengantarkan kamu ke rumah, Cy?"

"Jadi tadi di sekolah, kaki Cyrilla terkilir."

"Hah kok bisa kaki kamu terkilir?" potong Mama.

"Mama ini ya, orang belum selesai ngomong sudah main samber," protes gadis bertubuh jangkung, dengan rambut panjang lurus yang mengelitik punggungnya.

Mama memamerkan deretan giginya. "Ya maklum, Cy ... Mama kan penasaran bisa-bisanya anak Mama yang segar bugar dari rumah tiba-tiba terkilir. Ayo cerita!" todong Mama dengan tatapan berapi-api.

Setiap partikel karbondioksida terhempas pasrah dari hidung mancung gadis dengan lesung pipi lengkap tahi lalat yang ikut menghias di sana membuatnya terlihat manis tanpa gula. "Jadi begini mamaku sayang ... Tadi Cyrilla kesiangan, dihukum untuk lari keliling lapangan, eh kaki Cyrilla terkilir deh," akunya, dia sengaja menutupi ceritanya dibagian saat dia memanjat pagar.

"Dokter jaga UKS, Bu Winda, meminta tolong kepada Kak Heavy supaya mengantar Cyrilla pulang. Sudah gitu doang, Mah. Cyrilla nggak ada pacaran-pacaran sama dia," jelas Cyrilla panjang lebar.

Senyum mengembang menghiasi wajah wanita berusia nyaris kepala empat yang masih terlihat cantik. "Lain kali kamu harus lebih pagi lagi, Cyrilla," pinta Mama dan gadis itu mengangguk.

"Besok apa saja yang harus dibawa saat ospek?" tanya Mama sambil memapah Cyrilla menuju kamar.

"Tadi kata Kak Heavy, aku harus mencari kaos kaki pelangi, ratu cokelat bergaun silver, minuman dua warna, alat salat, nasi gulung tikar, dan setangkai bunga cinta."

"Kok nama-namanya aneh, Cy?"

"Iya nih, Mah. Namanya juga perlengkapan ospek, biasanya mereka memberikan nama aneh dan unik untuk barang-barang bawaan. Tapi Cyrilla sudah tahu kok, apa saja barang yang harus dibawa besok, Mama tenang saja."

Our Story ✔️(TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang