Cyrilla merasa lelah dengan semua hal, termasuk karena perasaannya yang tidak dapat ia mengerti, pada Jayden juga pada Heavy. Kepalanya terasa berat, matanya sulit untuk dibuka. Untungnya hari ini Minggu, dia tidak harus memperlihatkan matanya yang bengkak karena menangis semalam.
"Dik, ayo sarapan!" Suara Mama terdengar dari luar.
"Iya, Mah, nanti Cyrilla sarapan, duluan saja," sahutnya masih mengucek mata, dia duduk di pinggir tempat tidur. Mengecek ponsel, Cyrilla menatap layar ponselnya dengan malas saat melihat beberapa panggilan tidak terjawab dari penelepon yang sama, Yufa. Gadis itu mengembuskan napas.
Ada apa lagi, sih? Aku lelah, gumamnya dalam hati, melihat pesan yang masuk dari nomor yang sama.
Yufa: Cyrilla, Jayden dipukuli orang-orang kakakku.
Kedua manik biji kopi Cyrilla membelalak membaca pesan Yufa, rahangnya terbuka, dia terkejut bukan main. "Dipukuli gimana? Kok, bisa?"
Cyrilla menelepon Yufa.
"Cyrilla, tolong aku." Suara dari seberang telepon terdengar lengkap dengan isak tangis.
"Kamu kenapa nangis? Jayden gimana? Kalian di mana?" Cyrilla panik. Segera dia bangkit dari kamarnya, dengan gontai melangkah ke luar rumah. Dia bahkan mengabaikan ucapan mamanya yang meminta dia untuk sarapan.
Langkahnya berubah, dia berlari ke rumah sebelah, rumah Fajar. Segera dia mengetuk pintu sambil memanggil nama yang punya rumah.
"Kamu kenapa sih, Cy, manggil orang kayak kesetanan gitu?" Fajar muncul dari balik pintu, menggaruk rambutnya yang berantakan.
"Antar aku ke Batununggal sekarang, Jar." Wajah panik Cyrilla tidak dapat ia sembunyikan.
Fajar tidak banyak tanya, dia segera ke dalam rumah mengambil jaket dan kunci motor, dan dua buah helm. Tidak lama dia keluar, memberikan jaketnya untuk dikenakan oleh Cyrilla yang saat itu hanya mengenakan kaus oblong dengan celana pendek di atas lutut.
"Pakai dulu, Cy," ucap Fajar meminta gadis itu memakai jaket beserta helmnya.
Segera Fajar melajukan motornya ke daerah Batununggal. Sepanjang jalan, Cyrilla terus berkirim pesan dengan Yufa. Gadis itu memberitahu kalau Jayden dijebak kakaknya, meminta bertemu, lalu tanpa basa-basi kakaknya Yufa dan teman-temannya malah menghajar Jayden hingga laki-laki itu ambruk.
"Jar, kita ke arah lapangan bola Batununggal." Cyrilla memberitahu tempat tujuan mereka.
Mata Cyrilla menjelajah, mencari keberadaan Jayden. Fajar diminta untuk memutari lapangan sekali lagi, tapi dia tidak menemukan laki-laki yang ia cari.
Padahal motornya ada, tapi di mana sih, Jaydennya ...? Cyrilla frustasi, dia menggigit jarinya, matanya terus menjelajah mencari sosok Jayden.
"Jar, coba tolong berhenti dulu. Aku mau coba jalan ke lapangan," ucapnya seraya menepuk pundak Fajar.
"Ayo angkat dong, Jay," lirihnya, dengan gelisah dirinya menunggu jawaban dari Jayden. Tidak lama, suara parau terdengar dari seberang telepon, panggilan diangkat.
"Hm," sahut suara husky dari seberang telepon.
"Ka--kamu di mana? Aku ada di lapangan bola Batununggal, cari kamu, kamu di mana ...?" Suara Cyrilla bergetar, menahan tangisnya.
"Aku di sini, berbaring," jawabnya lalu terbatuk.
Cyrilla membungkam mulutnya, matanya masih terus mencari keberadaan Jayden. Ia menghentikan langkahnya, saat melihat seorang laki-laki sedang berbaring di antara rumput-rumput lapangan yang cukup panjang, rumput-rumput yang menjulang itu jelas belum dipotong oleh petugas kebersihan. Sebelah lengan laki-laki itu memegang ponsel, sebelahnya lagi melintang menutupi matanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/315063771-288-k527665.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Story ✔️(TERBIT)
Teen Fiction🚨 PEMESANAN NOVEL bisa melalui penulis dan penerbit prospecmedia ya teman 🙏🚨 🎖️ Katagori Editor's Choice pada Event Author Got Talent 2022 Cyrilla Meera Wijaya, Seorang gadis SMA yang tidak pernah menyangka kalau dalam kehidupan asmara di masa...