BAB 16 | Sakit Tidak Berdarah

56 24 7
                                    

Cyrilla terkejut saat tiba-tiba seseorang menghampirinya, menyentuh kepalanya dengan lembut agar bersandar pada dada bidangnya. "Menangis saja, nggak apa-apa." Laki-laki itu berkata saat kedua mata Cyrilla menatapnya penuh tanya.

Butiran bening itu terus turun, pertama kali Cyrilla merasakan patah hati di saat yang sama saat ia menyadari perasaannya kepada Jayden. "Kak, tolong aku." Suaranya bergetar, matanya yang sendu menatap penuh harap pada dia yang memberikannya tempat untuk bersandar. "Aku yakin riasan wajahku hancur sekarang," tambah Cyrilla sambil menyeka sisa air mata di kedua pipinya.

"Makannya aku ada di sini kan, Cy," ungkap laki-laki itu, telapak tangannya menyentuh punggung tangan Cyrilla, menggantikannya mengusap pipi basahnya. Cyrilla mengerti maksudnya, tubuh laki-laki yang ada di depannya jelas lebih jangkung dari Jayden, dan punggung bidangnya mampu menyembunyikan tubuh Cyrilla.

"Di mataku, kamu tetap yang tercantik, kok," tambahnya.

"Semuanya!" Suara orang dari arah depan membuat Cyrilla terkejut bukan main, itu suara Yufa.

"Teman-teman, dengarkan ya, aku dan Jayden mulai hari ini, kami jadian!" Gadis berkerudung biru dongker itu memekik dengan girang, tanpa malu-malu dia bahkan menggandeng tangan laki-laki yang ia klaim sebagai kekasihnya. "Mangga rencang-rencang sadaya, nu bade jajan, ku Yufa dibayaran, arek meser naon wae mangga. Yu ka kantin, barudak!" 1)*  tambahnya seraya menarik lengan laki-laki dengan pakaian tuxedo ke arah kantin.

Jayden melepaskan tangan Yufa dari lengannya, risih. Yufa tahu arti tatapan dan ekspresi itu. Dia tidak mau laki-laki yang hari ini baru saja jadian, langsung memutuskan hubungan dengannya, segera ia layangkan senyum dan melontarkan permintaan maaf kepada Jayden. "Ayo!" ajaknya setelah membuat jarak satu langkah dari pacarnya itu.

Jayden mengibaskan sebelah telapak tangannya, seraya berkata, "Kamu saja, aku harus ke sanggar teater tadi Kak Arga memintaku ke sana."

Raut wajah kecewa kentara diperlihatkan Yufa, tapi gadis itu tidak ambil pusing. "Ya sudah deh, aku ke kantin ya, um ... pacar," ucapnya sambil menutup wajahnya dengan malu-malu.

Jayden melotot, mendengar kata itu keluar begitu saja dari mulut Yufa benar-benar tidak enak didengar. Dia bahkan tahu di sudut ruangan aula masih ada Cyrilla. Gadis bergaun kuning keemasan itu masih mencuri pandang ke arahnya. Jayden yakin suara Yufa terdengar dari sana. Sudahlah! Batinnya membiarkan Yufa berlalu sambil melonjak-lonjak girang ke arah kantin.

"Mau pacaran denganku?" Satu tanya yang berhasil membawa Cyrilla menaruh fokusnya dari Jayden kepada laki-laki tampan di depannya.

"Ya?" Cyrilla yakin barusan dia mendengar hal yang sepertinya tidak mungkin diucapkan oleh seorang Heavy Raditya, laki-laki tampan nomor wahid di sekolahnya.

Cyrilla mengerjap berulang, menatap wajah Heavy lekat-lekat, meminta penjelasan dari kalimat tanya yang sambil lalu ia dengar.

Heavy mengembuskan napasnya, sebuah senyum menghias di sana. Tatapannya beralih dari mata ke rambut Cyrilla yang dicepol dengan anggun dan memperlihatkan leher jenjang gadis itu, sebuah tiara kecil menghias melengkapi dirinya yang hari ini menjadi seorang putri cantik dalam drama si Cantik dan si Buruk Rupa.

"Aku sudah terpikat, dan aku nggak tahu bagaimana cara menjangkaumu, Tuan Putri," bisiknya setelah mendekat ke cuping Cyrilla. Satu bisik yang membuat Cyrilla terlonjak, sekali lagi gadis itu dibuat tidak percaya dengan pendengarannya.

Wajah Heavy yang begitu dekat membuatnya sulit bernapas. Bagaimana bisa aku salah dengar dua kali? Cyrilla membatin.

"Ada yang lihat di mana pacar aku?" Suara seseorang kembali membuat pandangan Cyrilla teralihkan.

Our Story ✔️(TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang