CHAPTER 10

180 47 9
                                    


Sejauh yang ia ingat, Chanyeol rasanya hampir tak pernah membuat janji dengan seorang perempuan. Entah ajakan untuk berkencan atau sekedar bertemu. Lingkup pertemanannya didominasi oleh laki-laki karena entah sejak kapan ia jadi menjaga jarak terhadap lawan jenis. Jika dipikir lebih jauh, hal itu terjadi setelah kematian Sae Ri. Karena sangat terpukul, Chanyeol memilih untuk membatasi diri agar tidak terlalu akrab dengan orang lain. Alasan pertama, karena ia tak ingin merasakan sakitnya ditinggal pergi oleh orang yang ia kasihi. Entah itu keluarga, sahabat ataupun kekasih. Alasan kedua, kehilangan Sae Ri menjadi sebuah pukulan keras yang membuatnya sadar jika manusia bisa kehilangan nyawa tanpa diduga kapan waktunya. Semenjak itu, Chanyeol jadi lebih menghargai waktunya bersama keluarga dan sahabat dekatnya. Hingga detik ini, orang yang bisa Chanyeol anggap sebagai sahabat hanyalah Shindong. Itupun lebih terasa seperti seorang saudara. Selebihnya, ia hanya menggap teman. Bisa teman satu proyek, teman satu agensi, teman dari teman lainnya. Tak lebih dari itu. Sama seperti Wendy, mereka hanyalah teman satu proyek. Mereka bertemu dan kenal tak lebih dari 3 bulan. Seharusnya ia tak perlu membuat janji yang belum tentu ia bisa tepati. Tapi hari itu –malam itu, entah apa yang ada diotaknya. Untuk pertama kali setelah sekian lama, ia merasa lega karena ia dapat mempercayai seseorang lagi. Meski hanya mengenal satu sama lain dalam waktu yang cukup singkat, ada perasaan yakin bahwa Wendy memang seseorang yang dapat ia percaya lebih dari siapapun. Chanyeol teringat cara wanita itu bercerita sambil menyembunyikan rasa sakit. Malam itu, meski harus mengorek luka lama namun Wendy sanggup untuk menceritakan penderitaannya hingga selesai tanpa terlihat sedih apalagi menangis. Wanita itu tampak lapang dada, ia menerima sepenuhnya rasa sakit yang pernah ia lalui. Cara wanita itu mengendalikan emosinya membuat Chanyeol tertegun. Ternyata di dunia ini benar-benar ada orang yang terlihat paling bahagia justru memiliki cerita yang membuat luka.

Chanyeol tatap lekat-lekat pantulan wajahnya dicermin, agak terkejut ketika melihat ujung bibirnya tertarik kecil. Apa ia sedang tersenyum memikirkan wanita itu?

"Pemotretan dimulai 10 menit lagi." Suara Shindong terdengar dari jauh. Dengan cepat Chanyeol segera kembali memasang wajah tanpa ekspresi, meski kedua pipinya terlihat agak memerah.

"Bisa aku minta tolong padamu?" tanya Chanyeol ketika Shindong menghampirinya sambil membawakan sebotol air mineral. Sebelum Shindong menganggukan kepala atau bahkan menjawab pertanyaannya, Chanyeol kembali berbicara.

"Tolong beritahu Wendy, sampaikan permintaan maafku karena tidak bisa pergi bersama hari ini."

*

"...begitu kata Shindong Sunbae."

Wendy menjatuhkan blouse warna cream dari tangannya setelah mendengar penjelasan dari Seulgi. Wajahnya masih menatap Seulgi yang berdiri dibelakangnya melalui pantulan cermin di depannya sebelum berbalik. Saat matanya bertemu dengan mata kucing milik Seulgi, ia lihat wanita yang lebih tinggi 3 cm darinya itu sedang balas menatap dengan kedua alis mengkerut.

"Memangnya dia pergi kemana?" Wendy penasaran, Seulgi menghela nafas. Entah kenapa rasanya Wendy sedang dipermainkan oleh aktor Top nomor 1 itu.

"Sedang pemotretan di Paris sekaligus menghadiri pameran Fashion. Dia kan salah satu Brand Ambassador Tommy Hilfiger." Jawab Seulgi pada akhirnya. Melihat perubahan ekspresi di wajah sahabatnya itu membuat Seulgi keheranan. Apakah ada sesuatu yang membuatnya sesedih itu?

"Jangan bilang kau menganggap ajakan dari Chanyeol Sunbae itu sebagai ajakan kencan?" Seulgi curiga dengan tingkah laku Wendy yang seminggu belakangan selalu sibuk memadu padankan beberapa set pakaian. Salah satunya adalah cream blouse yang ia jatuhkan tadi. Dengan canggung Wendy menarik bibirnya dan tersenyum sejenak kemudian menunduk. Seulgi menghela sambil menepuk jidat.

From A Man Who Truly Loves YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang