36 tahun yang lalu
Son Gil Hyang bersiul riang sambil sesekali mencuri tatap dengan kekasihnya melalui pantulan cermin di depan mereka. Suara bising dari pengering rambut membuat kekasihnya tak bisa terlalu jelas mendengar siulan itu, namun dari ekspresi wajah Son Gil Hyang cukup menggambarkan perasaan senang yang sedang dirasakan oleh mahasiswa tingkat akhir tersebut. Kedua tangan Son Gil Hyang dengan terampil menyisir sambil mengarahkan pengering rambut, seolah kegiatan tersebut adalah kegiatan yang sudah sering ia lakukan.
Wanita mungil didepannya menunjukan ekspresi yang berbeda, ia balas menatap pandangan Son Gil Hyang dengan kedua mata sendu. Mahasiswa semester 2 Fakultas Kedokteran itu lebih memilih diam, meski biasanya ia sering melemparkan beberapa candaan saat pria tersebut mengeringkan rambutnya.
Menyadari ada yang berbeda dari arti tatapan kekasihnya, Son Gil Hyang mematikan pengering rambut lalu membalikan tubuh wanita itu agar ia bisa menatap wajah tersebut dengan lebih jelas. Telapak tangannya yang besar ia gunakan untuk mengelus wajah manis tersebut.
"Ada apa?" tanya Son Gil Hyang khawatir. Ia elus pipi kekasihnya menggunakan ibu jari tangannya. Namun yang ia terima hanya gelengan pelan sebagai jawaban.
"Da Eun..." Son Gil Hyang menyebut nama wanita tersebut. Da Eun masih diam, kini ia malah menundukkan kepalanya.
"Park Da Eun..." dengan lembut Son Gil Hyang kembali menyebut nama tersebut sambil mengangkat dagu kekasihnya. Seolah-olah hanya nama kekasihnya yang ia tau di dunia ini. Pandangan mereka bertemu, Son Gil Hyang masih berusaha mencari arti dari tatapan Park Da Eun yang terasa sangat berbeda hari ini. Sepasang bola mata cokelat pekatnya bergerak-gerak, mengedarkan pandangan pada permukaan wajah mungil Park Da Eun berharap dapat mendapatkan jawaban yang ia cari. Park Da Eun menolak untuk dipandangi, ia memilih pergi meninggalkan Son Gil Hyang yang masih dipenuhi banyak tanda tanya.
"Kau mau makan Ramyeon yang mana?" Seolah menolak untuk diselidiki, Park Da Eun justru mengalihkan topik pembicaraan sambil mengangkat dua bungkus ramyeon dengan merk yang berbeda. Son Gil Hyang tak langsung menjawab, ia mencabut kabel pengering rambut dan menggulungnya sebelum meletakannya kembali ke dalam laci.
Park Da Eun masih menunggu jawaban kekasihnya, hingga Son Gil Hyang menghampiri dan mengambil kedua bungkus ramyeon itu. Pria tersebut meletakan kedua bungkus ramyeon di atas meja dan mendorong pelan Park Da Eun hingga bersandar pada meja makan.
"Jawab dulu pertanyaanku." Jawabnya penasaran, ia tundukkan kepalanya agar bisa menatap jelas wajah Park Da Eun. Wanita itu kini menengadahkan kepalanya keatas, memberanikan diri untuk balas menatap wajah didepannya.
"Shin Ramyeon kalau begitu." Dia menjawab pertanyaannya sendiri lalu berjalan menuju kompor. Namun Son Gil Hyang menahan tangannya, hingga wanita itu kembali membalikkan badan dan dengan kesempatan itu ia kecup bibir Park Da Eun.
"Park Da Eun, kau tak bisa menyembunyikan apapun dariku. Wajahmu itu terlalu jujur untuk diajak berbohong." Ucap Son Gil Hyang sebelum kembali mengecup bibir Park Da Eun. Wanita itu menjinjitkan kedua kaki dan melingkarkan sepasang tangannya pada leher Son Gil Hyang.
"Bicara dalam keadaan lapar bisa memancing emosi, jadi ayo kita makan dulu." Kini giliran Park Da Eun yang mengecup bibir kekasihnya kemudian melepas pelukannya. Son Gil Hyang tersenyum mendengar kalimat itu dan akhirnya menurut saja.
Park Da Eun mengeluarkan panci dari dalam lemari dapurnya kemudian mulai memasak dua bungkus ramyeon ditambah 2 butir telur yang dimasukan saat ramyeon sudah hampir matang. Son Gil Hyang senang sekali memakan ramyeon dengan telur setengah matang. Maka dari itu Park Da Eun kali ini sengaja memberi 2 butir telur sekaligus.
KAMU SEDANG MEMBACA
From A Man Who Truly Loves You
FanfictionDia dikenal sebagai seorang publik figur yang menutup rapat kehidupan pribadinya, sejalan dengan kepribadian Introvertnya. Ia tak akan pernah mengumbar kehidupan yang ia jalani, sekalipun bercerita pada orang tuanya mengenai penyakit Thalasemia yang...