CHAPTER 13

165 43 22
                                    

Terdapat 5 tahap dalam berduka. Biasanya, butuh waktu yang cukup lama untuk bisa melalui tahapan tersebut. Adapun tahapan pertama yang harus dilalui adalah tahapan penolakan atau denial. Ketika seseorang mengetahui kenyataan bahwa ia telah kehilangan seseorang yang begitu berarti dalam hidupnya, ia pasti akan menolaknya. Tahapan ini terjadi sebagai sebuah mekanisme pertahanan yang bertujuan untuk menahan kejutan langsung dari sebuah kehilangan. Sulit bagi hati dan pikiran untuk menerima kenyataan yang mengejutkan seperti itu, apalagi jika semuanya terjadi begitu saja pada siapapun yang tak punya kesempatan untuk mempersiapkan diri, terlebih menerima kenyataan yang tak bisa diterima begitu saja. Biasanya seseorang akan dilanda kebingungan dan ketakutan.

Selanjutnya adalah tahap kemarahan. Pada tahapan ini seseorang akan merasa frustasi dan cemas berlebih. Rasa pedih atas kehilangan mulai mengambil alih, menyebabkan seseorang menjadi marah atas apa yang terjadi dalam hidupnya. Ia akan merasa marah karena seseorang yang begitu ia sayangi tidak bisa lagi ia jumpai. Selain itu ia merasa bahwa ia tak berhak merasa kehilangan. Akibatnya ia akan mudah marah pada siapapun dan dalam kondisi apapun.

Tahap tawar menawar adalah sebuah tahapan yang dipenuhi dengan perandaian. Rasa sakit yang tak kunjung hilang menyebabkan seseorang berandai-andai agar bisa kabur dari rasa pedih yang tak tertahankan. Orang yang sedang berada dalam tahap ini selalu memikirkan "Bagaimana senadainya...". Mekanisme ini terjadi untuk memberi mereka harapan dan juga waktu untuk menyesuaikan diri dengan kenyataan yang baru saja terjadi.

Depresi adalah tahapan yang terjadi setelah tahap tawar menawar. Depresi yang dimaksud bukan mengarah pada penyakit mental, melainkan sebuah respon alami atas sebuah kehilangan yang begitu besar. Seseorang yang sudah berada pada tahap depresi biasanya akan mengalami kesedihan yang begitu mendalam dan tak kunjung hilang sehingga mempengaruhi pada kehidupan orang tersebut. Seperti kurangnya jam tidur, hilangnya nafsu makan, hingga tak memiliki semangat dalam melakukan apapun. Tahapan ini membuat seseorang jadi lebih senang menyendiri karena merasa tak ada satupun orang yang dapat mengerti bagaimana pedihnya untuk menerima kenyataan.

Dan yang terakhir adalah tahap penerimaan atau acceptance.

"Selamat, kau sudah berada pada tahap penerimaan." Chanyeol mengerjap-ngerjapkan kedua matanya pada seorang lelaki paruh baya dengan kacamata tebal yang sedang duduk diatas sebuah sofa berwarna abu-abu di depannya. Lelaki dengan nametag Lee Bong Ha yang mengait pada jas putih khas dokter itu memajukan posisi duduknya untuk memperhatikan dan menilai arti dari ekspresi bingung pasiennya tersebut.

"Kau sudah melalui 5 stages of grief. Dari apa yang kau ceritakan, kau sudah berada dalam acceptance stage. Bahkan lebih, karna kau sudah berani menerima orang lain dihatimu." dr. Lee merupakan psikiater yang Chanyeol minta khusus untuk mengobati panick attack nya. Ia sudah berobat dengan dr. Lee sejak beberapa bulan lalu. Tepatnya setelah mendapat saran dari Wendy. Bahkan jika seandainya Wendy tidak menyadari ada yang aneh darinya, mungkin saja ia tak akan pernah sadar jika selama ini ternyata ia mengidap panick attack. Penyakit mental yang selama ini ia kira adalah penyakit bawaan dari Thalassemia.

"Bisa kau ceritakan sekali lagi siapa orang yang membuatmu akhirnya bisa percaya lagi? Maksudku, siapa Wendy ini?" dr. Lee bertanya dengan sebuah senyum tipis dibibirnya, ia merasa sangat senang karena Chanyeol merupakan salah satu pasiennya yang memiliki kemajuan paling pesat.

Meski awalnya Chanyeol terlihat ragu untuk bercerita –hal yang bukan kebiasaannya-, akhirnya ia memilih untuk membuka suara karena entah kenapa ada perasaan menggelitik ketika otaknya memutar segala memori yang ia punya tentang Wendy.

"Dia...salah satu rekan kerjaku." dr. Lee menganggukan kepala, kali ini posisi duduknya berubah menjadi lebih santai, sebuah gerakan yang mengisyaratkan lawan bicaranya agar bisa lebih tenang untuk bercerita. Ia sandarkan punggungnya pada sofa sedang kedua matanya tak lepas pada Chanyeol.

From A Man Who Truly Loves YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang