CHAPTER 25

127 18 4
                                    

"...Uhuk! Uhuk!" Shindong menepuk-nepuk dadanya sendiri setelah tak sengaja tersedak kuah sup kaki sapi pesanannya yang baru datang. Sebelah tangannya yang lain ia gunakan untuk menuang segelas air putih kemudian meneguknya dengan cepat hingga batuknya mereda.

Diseberangnya duduk seorang pria dengan wajah tak bersalah sedang menyesap teh hangat, terlihat dari kepulan asap pada cangkir yang tengah digenggamnya. Pria itu duduk bersandar pada kursi dengan sebelah kaki menyilang. Dari postur tubuhnya yang tegap dan nafas yang tenang, pria itu benar-benar tak memiliki rasa bersalah setelah menyampaikan berita yang membuat manajernya itu terkejut sampai tersedak makanan yang baru disajikan diatas meja.

"Aku tak salah dengar kan? Berarti dugaanku selama ini benar kan?" pertanyaan bertubi-tubi dari Shindong tak diindahkan oleh Chanyeol. Ia lebih memilih menyesap teh pada cangkir ditangannya sampai habis, kemudian meletakan cangkir kosong tersebut ke meja di hadapannya.

"Apapun yang terjadi, tolong jangan menghubungiku dulu besok." Setelah mengatakan itu Chanyeol bangkit dari posisi duduknya, memasang kancing jas dan pergi meninggalkan Shindong yang masih harus menghabiskan semangkuk besar sup kaki sapi.

3 hari yang lalu ketika Chanyeol sedang membaca buku favoritnya -yang sudah tamat ia baca lebih dari 2 kali- sambil menunggu Ibunya selesai memasak sarapan, adalah saat dimana ia mendapatkan panggilan telpon dari Wendy. Dengan hati yang selalu berdebar tiap kali bersiap mendengar suara riang itu menyebut namanya, Chanyeol mengangkat panggilan telpon tersebut. Seperti biasa, Wendy akan selalu menanyakan kabar Chanyeol dan memberitahu apa saja yang akan ia lakukan hari itu. Senyum lebar selalu terhias dibibirnya mendengar kata demi kata yang diucapkan oleh Wendy. Mendengar Wendy berbicara melalui telpon saja sudah semerdu ini, apalagi jika ia bisa mendengarkan senandung wanita tersebut setiap hari, setiap saat, setiap kali ia membuka dan menutup mata. Rasanya ia jadi tak sabar untuk menunggu hari itu tiba.

"...Bulan ini aku tak ada jadwal pergi keluar Korea. Ada apa?" tanya Chanyeol penasaran saat Wendy menanyakan jadwal pekerjaannya, ia merasa percaya diri bahwa kekasihnya itu pasti sudah sangat rindu dan berharap mereka akan segera bertemu.

"Maaf jika harus memberitahumu seperti ini, tapi orangtuaku tak sengaja mengetahui tentang hubungan kita." Butuh waktu bagi Chanyeol untuk memahami arti kalimat itu.

"Maksudku, Ayah dan Ibuku sudah mengetahui bahwa kau telah melamarku." Tentu saja, lambat laun pasti akan lebih banyak lagi orang yang mengetahui hubungan mereka. Namun, kalimat yang disampaikan Wendy tiba-tiba menusuknya dengan tepat. Bagaimana bisa Chanyeol dengan nekat melamar anak perempuan orang lain tanpa pernah memperkenalkan diri sama sekali pada keluarga perempuan itu? Sungguh, Chanyeol merasa seperti seorang pengecut.

Ceroboh, benar-benar ceroboh dan tak tau sopan santun. Chanyeol terus mengutuk dirinya sendiri. Rupanya keinginannya yang menggebu-gebu untuk segera memiliki Wendy seutuhnya membuat ia tak bisa berpikir lebih jauh. Ia lebih takut didahului oleh takdir -seperti yang ia alami dengan Stella- daripada mendahulukan akal sehatnya. Rencana yang ia coba susun sempurna itu ternyata jauh dari kata sempurna. Semua seperti terburu-buru dan sedikit memaksa. Ia telah membuat keputusan seorang diri tanpa melibatkan Wendy didalamnya. Bagaimana bisa ia menyebut dirinya sebagai kekasih yang baik untuk Wendy.

Chanyeol memijat pangkal hidungnya sambil memejamkan mata. "Wendy, maafkan aku. Sungguh maafkan aku. Seharusnya aku yang berinisiatif untuk bertemu dengan orangtuamu." Bahkan ucapan maaf itu tak menghilangkan perasaan bersalahnya pada Wendy sedikitpun.

"Tak apa, Chanyeol. Kau tak perlu meminta maaf seperti itu. Seharusnya aku memberitahu mereka lebih dulu kalau aku sudah punya kekasih. Jadi situasinya tidak akan serumit ini." Sebenarnya Chanyeol tak berpikir bahwa situasinya rumit. Namun mendengar Wendy mengatakan bahwa situasi berubah menjadi rumit, barulah Chanyeol merasakan sensasi tak nyaman diperutnya. Ia gugup. Sudah lama sekali ia tak merasakan kegugupan seperti ini.

From A Man Who Truly Loves YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang