KEIRA || EMPAT

85 8 3
                                    

Happy reading

***

"Kei, buruan!" teriak Rafi.

Pria itu sudah sedari tadi menunggu Keira di atas motornya, sebab Keira masuk kembali ke rumah mengambil gambar yang akan diikutkan lomba desain antar sekolah.

"Bocah itu memanglah ceroboh terus," gumam Rafi. "Gimana coba besok kalau aku tinggal merantau, sama siapa berkeluh kesah dan siapa yang akan jagain kalau pas ceroboh gini, Ayah?"

Rafi masih bergumam terus menerus, Ibu yang sedang menyiram tanaman di depan mendengar ucapan Rafi hanya senyum-senyum. Dua anak yang mempunyai keunikan tersendiri, Keira yang sedikit ceroboh padahal anak perempuan, sedangkan Rafi yang teliti dan rajin padahal anak lelaki. Jadi, tidak jaminan anak perempuan selalu rajin, anak lelaki juga bisa.

"Rafi, sabar dulu, adikmu memang masih belajar untuk tidak ceroboh lagi," tutur Ibu.

Keira berlari kecil membawa alat gambar dan kertas, ia telah menyelesaikan sketsa nya tadi malam dan baru bisa tidur jam satu dini hari, alhasil ia kesiangan dan semua belum siap di pagi hari.

Dengan cengiran khas Keira ia pun berkata. "Maaf ya, Mas. Yuk! Keira telat nih."

Rafi mendengkus. "Salah sendiri."

Keira mendekati Ibu mencium punggung tangannya dan berpamitan, tak lupa usapan lembut di puncak kepala Keira diberikan oleh Ibu. "Hati-hati, belajar yang baik."

Keira mengangguk, lantas kembali mendekati Rafi dan langsung naik ke boncengan motor.

Tidak ada lima belas menit motor itu telah tiba di gerbang sekolah, tanpa banyak kata Keira segera turun, mencium punggung tangan Rafi.

Kurang lebih lima menit lagi bel akan berbunyi, Keira segera masuk sebelum gerbang ditutup, ia pun berlari kecil.

"Kei ... " panggil Arga, ia baru saja datang dan memarkir motornya. Melihat Keira yang berlari dengan kertas gambar yang ia gulung.

Keira hanya menoleh sekilas, anak kelas satu kelasnya ada di atas, tak akan sempat jika menyapa dan berhenti. Sedangkan Arga kelas dua ada di lantai bawah belakang.

"Hai, aku buru-buru, aku harus ke ruangan Pak Ilyas kasih desain. Maaf!" seru Keira.

Arga tersenyum, ia begitu takjub melihat Keira. Memang gadis itu menjadi incaran Arga sejak MOS, banyak sekali hukuman yang diberikan kepada Keira bukan karena gadis itu istimewa tetapi karena kecerobahannya, setiap hari ada saja yang tidak dibawa olehnya.

Namun, Keira itu sering menjadi perwakilan sekolah dalam setiap lomba, selain pintar menggambar, Keira juga bisa menulis dan membuat puisi. Meskipun akademik yang lain ia tidak begitu menguasai. Tetapi, Keira sadar diri dengan apa yang unggul dalam dirinya, tentu saja berkonsultasi dengan Ayah dan Ibu,  dan membiarkan Keira fokus ke bakat yang ia miliki, tanpa harus melupakan belajar akademik yang lain.

Bukankah tidak semua harus dikuasai?
Lebih baik mengasah apa yang unggul dalam diri agar menjadi terbaik.

"Huft." Keira menghela napas panjang, ia meletakkan tas dan botol minumnya di meja.

Saleta yang melihat sahabatnya sepertinya lelah padahal baru masuk kelas.

"Kenapa?"

THIS IS ME, KEIRA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang