Happy Reading
***
"Kei, ikut masuk, yuk!" ajak Bima.
Setelah satu jam mereka menghabiskan waktu di rumah makan, kini mereka telah sampai di rumah Bima. Ada sedikit keraguan Keira ingin turun, pasalnya ia melihat ada mobil Om Yoga terparkir, padahal waktu masih pukul empat sore. Tak biasanya Om Yoga sudah pulang kerja.
"Papaku udah pulang, tuh!" ujar Bima.
Keira masih terdiam. Meski mobil telah berhenti di halaman rumah, keduanya masih betah di dalam mobil.
"Aku tunggu di teras aja, ya. Nggak enak sama Om Yoga," ujar Keira.
Bima tertawa kecil, ia melihat Keira salah tingkah.
"Orang nggak akan aku kenalin sebagai pacar aku, kok. Jadi tenang aja."
Setelah berucap, Bima membuka handle pintu dan lalu turun. Keira mendengkus tak habis pikir dengan ucapan Bima. Bukan, bukan itu yang Keira takutkan ketemu dengan Om Yoga, Keira masih ingat saat datang ke rumah Bima dulu dengan Rafi, saat itu mendengar keributan dua orang dewasa dan beberapa bulan kemudian terdengar kabar perceraian orang tua Bima, sehingga membuat ia masih merasa tak enak jika bertemu dengan Om Yoga.
Keira mengikuti Bima keluar dari mobil, lalu menghampiri Bima yang berdiri menunggunya.
Keduanya berjalan pelan masuk ke rumah.
"Nggak lama kok cuma ambil makalah, trus aku anterin pulang," ujar Bima. Ia membuka pintu depan yang kebetulan tidak terkunci.
Keira mengangguk, ia ikut masuk dan lalu duduk di sofa ruang tamu.
"Mau minum?" tanya Bima.
"Nggak usah," sahut Keira.
Lalu, Bima pun melangkah masuk ke ruang keluarga. Keira bisa mendengar Bima menyapa ayahnya, dan juga mendengar suara perempuan.
"Loh, ada mamanya Bima?" Pikir Keira.
Tak berselang lama, Om Yoga keluar menemui Keira. Dengan wajah ramah dan penuh senyum menyapa, "Keira, lama banget Om nggak ketemu kamu, apa kabar?"
Keira bangkit dari duduknya lalu mengambil tangan Om Yoga untuk dicium. "Baik, Om. Om apa kabar?"
"Baik, Om mau pergi dulu, anggap aja kayak rumah sendiri, jangan sungkan," ucap Om Yoga. Setelah itu, wanita yang Keira dengar suaranya ikut keluar dan memberikan senyum kepada Keira. Ternyata bukan mamanya Bima.
Keira mengangguk dan tersenyum.
Aku pikir Tante Rasti, ternyata bukan? Eh, ya nggak mungkin juga Tante Rasti, kan beliau udah pindah dari Jogja sampai anaknya sendiri aja nggak penah ditengokin.
"Udah, yuk!" Suara Bima memecah lamunan Keira yang masih memandang kepergian Om Yoga dan teman wanitanya.
"Itu teman Papa, yang katanya calon mamaku," ucap Bima. Ia tertawa miris.
Keira menoleh ke wajah Bima yang sudah ikut duduk di samping Keira dengan tubuh yang ia sandarkan di sofa. Ada sorot mata lelah, ada sorot mata luka dan beban hati. Sebuah tekanan pun terlihat dari wajahnya.
"Kamu pengen tahu? Kenapa aku betah kalau main ke rumahmu?"
Kening Keira mengerut. "Kenapa?"
Bima menatap wajah Keira, kini tatap keduanya bertemu. "Karena aku nyaman berada di keluargamu, kehangatan keluargamu itu yang aku rindukan ada dalam rumah ini. Tapi, itu hanya mimpi."
KAMU SEDANG MEMBACA
THIS IS ME, KEIRA [TAMAT]
Roman pour Adolescents[Follow dulu yuk! Sebelum membaca] *** Jatuh cinta dengan sahabat kakak sendiri itu sih sebenarnya sah-sah saja. Namun, apa jadinya jika sahabat kakak hanya menganggap sebagai adik? Apakah perlu tetap dikejar? Atau menyerah dan menerima saja? Sep...