KEIRA || TIGA PULUH EMPAT

92 7 0
                                    

Happy Reading

🔥🔥🔥

Tepat pukul setengah sepuluh malam acara pertunangan itu selesai. Ken dan Keira bersama Rafi dan Salma segera berpamitan kepada keluarga Bima.

"Keira," panggil Bima. Ia berjalan mendekati Keira yang sudah akan melangkah ke luar.

Keira menoleh dan menghentikan langkahnya lalu menatap Ken. "Tunggu di parkiran aja, bentar!"

Ken dan Rafi mengangguk.

"Kenapa, Mas?"  tanya Keira yang kini berhadapan dengan Bima.

"Aku ada kado buat kamu tapi masih ada di rumah, happy twenty, ya. Maaf aku akhir-akhir ini sibuk dan nggak bisa sering chat kamu. Kei, kamu tahu, kan? Semua ini terpaksa."

Keira tersenyum. "Keira udah ikhlas, Mas. Keira sekarang dekat sama mas Ken, jadi Keira pikir sudah saatnya kita bahagia dengan jalan yang dipilih masing-masing. Mas, juga bisa belajar dari semua kesalahan ini. Tentang kita, mungkin akan lebih baik seperti dulu lagi layaknya adik dan kakak, meski saat ini sudah tahu perasaan masing-masing."

Keira menghentikan ucapannya, ia menghela napasnya sebentar.

"Mas akan jadi ayah. Jangan bertindak bodoh lagi, ya? Keira yakin Mas bisa. Mungkin ini definisi jika sayang itu harus benar-benar diperjuangkan dan bukan hanya dipendam dalam hati. Semoga selalu bahagia bersama mbak Jihan, Mas."

Keira membalikkan tubuh hendak menjauh dari Bima, namun cekalan tangan Bima di pergelangan tangannya menghentikan langkah Keira kembali.

"Besok Mas ke dormitori kalau sempat, kalau enggak aku titip Ken. Oh iya satu lagi, seragam keluarga buat nikahanku nanti aku kirim dari Singapura, ya. Aku nggak bisa bolak-balik dalam satu bulan ini karena jadwalku penuh lembur. Aku harap kamu tetap datang di nikahanku."

Keira kembali menatap wajah Bima, ada gurat kesedihan di wajah lelaki itu dan itu bisa diartikan oleh Keira sebagai penyesalan bagi Bima. "Tentu aku akan datang, karena Mas adalah kakakku, kita keluarga."

Keira tersenyum lalu melepas tangan Bima. "Aku udah ditunggu sama mas Rafi dan mas Ken."

Bima mengangguk ia pun membiarkan Keira pergi menjauh.

Sakit, sakit yang tak berdarah kini dirasakan oleh Bima. Berlian yang ia jaga dan akan ia ambil saat sudah dewasa nanti ternyata semua hancur berantakan karena hal bodoh yang ia lakukan sendiri.

***

Setiba di halaman, Keira segera mendekati Rafi yang bersandar di mobilnya dengan menggendong Tiara yang sudah terlelap. Keira mencuri kecupan di pipi sang keponakan yang sangat cantik.

"Aku balik dulu, ya, Mas, Mbak," pamit Keira. Ia mengambil tangan Rafi dan Salma memberikan ciuman di punggung tangan keduanya.

"Hati-hati. Ken ... langsung balik, ya!" seru Rafi.

Ken mengangguk.

Keira masih menunggu Salma dan Rafi masuk, saat Rafi hendak masuk ke sisi kemudi ia berbisik di telinga Keira. "Tadi Ken minta izin mau macari kamu, itu benarkah?"

Keira terkesiap, kedua matanya membola.

"Nggak usah dijawab, Mas udah tahu." Setelah berucap itu Rafi pun masuk ke mobil dan menjalankan mobil itu pelan setelah membunyikan klakson tanda ia akan menjauh.

Ken segera membuka pintu mobilnya untuk Keira dan mempersilahkan masuk, disusul oleh Ken yang duduk di belakang kemudi.

"Udah jam sepuluh tuh, Kei. Kita nggak bisa masuk ke dormitori kalau kita mau mampir ke bukit Seraya. Gimana? Nginep tempatku aja, ya?" ujar Ken. Ia menjalankan mobilnya pelan, membelah jalan raya Batam yang sangat ramai saat malam Minggu.

THIS IS ME, KEIRA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang