Happy reading
***
Denting ponsel Keira yang ia letakkan di meja rias berbunyi, Keira yang sedang menyisir rambut sekilas melirik ponselnya ada notif pesan yang masuk, ia abaikan sebentar dan tetap melanjutkan merapikan penampilannya.
Setelah itu tangannya terulur memgambil ponsel dan membuka pesan masuk.
Mas Bima : Selamat UAS, adek! Semangat ya.
Keira mengembungkan pipinya. Jemarinya hendak membalas namun ia urungkan.
Sudah tujuh hari ia mencoba untuk tidak memikirkan lelaki itu, bahkan jika bisa ia ingin menghindar. Sudah tujuh hari pula sejak kejadian terakhir makan malam bersama itu Keira belum bertegur sapa dengan Bima, jika Mas Rafi bertanya Keira hanya menjawab ingin fokus belajar.
"Balas atau tidak, ya? Sudah satu minggu juga aku nggak membalas pesan Mas Bima," gumam Keira.
Ia menghela napas lantas mengambil tas yang ada di meja belajarnya. Keluar dari kamar dan lalu menuruni anak tangga.
"Kei ...," panggil Rafi yang juga baru saja keluar kamar. Langkah kaki Rafi pun menyamai Keira yang masih ada di anak tangga.
"Kamu kenapa, sih? Kok aneh," tanya Rafi.
Kening Keira mengerut lalu menatap wajah Rafi. "Aneh gimana? Aku baik-baik saja, ini hari pertama aku UAS. Kasih semangat, kek."
Rafi bukannya memberi semangat malah mengacak rambut Keira dan langsung menarik kursi setiba di ruang makan.
Sarapan dimulai, seperti biasa keluarga Rasyid Syahputra memulai hari dengan bercerita di meja makan. Aktifitas yang selalu dipertahankan sampai saat ini dan selamanya, karena momen sarapan dan makan malam adalah hal istimewa untuk bertemu, bercerita tentang awal hari dan akhir hari. Sehingga dalam keluarga Keira selalu terjalin komunikasi yang baik.
"Kei, semangat ya, UAS-nya. Ayah janji nanti ajakin Kei makan malam sama klien, habis UAS." Ayah berujar sembari mengoles selai kacang coklat di roti yang beliau pegang.
Keira mengangguk, ia selalu mendapat doa-doa terbaik dari keluarga.
"Proyek apa sih, Yah?" tanya Rafi.
"Klien Ayah ini orang hebat, pengusaha. Ini mau bikin supermarket baru, minta sama Ayah untuk bisa selesai dalam dua atau tiga bulan, mapping-nya udah selesai dan beliau suka dengan desain Ayah sehingga minta segera dieksekusi."
"Tapi amanah 'kan, Yah?" tanya Ibu.
Ibu orang paling khawatir jika Ayah punya proyek besar. Bukan sekali dua kali Ayah sering dicurangi oleh orang lapangan, sehingga Ayah harus selektif memilih orang untuk bekerja sama. Apalagi ini proyek dengan nilai fantastis tentu saja siapapun ingin mendapatkannya.
"Insya Allah, Bu. Semoga lancar dua bulan ke depan. Kalau deal dan selesai semua, uangnya bisa buat tabungan Keira buat tambah-tambah biaya sekolah ke Paris, ya 'kan, Nak?"
Keira yang sedari tadi menjadi penyimak terkesiap ketika namanya disebut.
"Heem, tapi Yah nggak usah dipaksain jika memang biaya sekolah di sana mahal. Keira bisa sekolah di Bandung atau Surabaya juga ada sekolah fashion, di Jogja juga ada kok, Yah."
KAMU SEDANG MEMBACA
THIS IS ME, KEIRA [TAMAT]
Teen Fiction[Follow dulu yuk! Sebelum membaca] *** Jatuh cinta dengan sahabat kakak sendiri itu sih sebenarnya sah-sah saja. Namun, apa jadinya jika sahabat kakak hanya menganggap sebagai adik? Apakah perlu tetap dikejar? Atau menyerah dan menerima saja? Sep...