KEIRA || DUA PULUH DELAPAN

54 7 0
                                    

Happy Reading

🔥🔥🔥

Ranjang susun itu bergerak, itu artinya sang penghuni atas akan turun. Keira yang masih sibuk dengan buku diary-nya pun mendongak menatap atas.

"Defi, udah bangun?" tanya Keira.

Belum ada sahutan. Keira juga baru saja bangun setelah masuk malam di hari Jumat dan pulang Sabtu pagi. Hari Sabtu ini dia off karena hari Minggu masuk pagi.

"Kei, mau ikutan nggak?" tanya Defi. Ia mulai menuruni tangga ranjang.

Keira bangkit dari tengkurapnya lalu duduk di tepian ranjang. Defi berdiri di sisinya setelah sampai bawah. "Ke mana?" tanya Keira.

"Panbil Mal, mau ikut?"

Keira menggeleng lalu ia menunjuk laptop yang terbuka dan juga buku sketsa dan buku diary-nya yang berserakan di atas tempat tidur.

Defi hanya berdecak melihatnya, ia sudah tak heran selalu saja melihat hal itu di saat libur change shift. "Keira, kamu nggak bosan apa? Udah lebih setahun loh kamu kalau libur kayak gini."

Keira hanya tertawa dan ia mengambil buku diary lalu menunjukkan isinya kepada Defi. "Enggak, seru kali nulis di buku ini. Aku kumpulin slip gaji yang udah berjumlah empat belas, nih. Sebentar lagi aku finish kontrak."

Defi melempar cengirannya. "Kamu beneran nggak mau perpanjang? Nggak mau kejar mas Bima lagi? Atau nunggu mas Ken ngejar kamu? Padahal jalan sama mas Ken tuh seru, loh."

Ya, semenjak terakhir kali Keira ditolak beberapa bulan yang lalu. Hubungan Keira dan Bima serta Ken hambar begitu saja, Bima jadi jarang pulang ke Batam, yang biasanya tiga bulan sekali sekarang jadi enam bulan sekali. Sedangkan Ken, Keira lebih memilih untuk menghindari pria itu, meski sesekali mau menemuinya. Jujur, Keira tak ingin terjebak dalam asmara lagi. Takut baper dan akhirnya akan patah hati kembali karena akan ditentang oleh Rafi.

"Kamu nggak kangen sama mas Ken?" tanya Defi tiba-tiba.

Keira sedikit terkesiap. "Kangen? Terakhir ketemu saat acara aqiqah anak mas Rafi itu, itu pun karena dipaksa sama ayah dan ibu untuk datang, kalau enggak sebenarnya malas juga, sih."

Keira tersenyum miris. "Lama juga ternyata aku nggak ketemu mereka, sekarang Tiara udah gede padahal dulu masih bayi."

"Kei, mas Ken sering nanyain kamu, loh!" ucap Defi.

Keira mengerjap. "Iyakah?"

Defi mengangguk. "Katanya kamu nggak pernah balas chat dia, padahal status kalian pacaran?"

Kedua mata Keira membulat. "Enggak! Mas Ken bohong, Def. Mungkin cuma mau manas-manasi kamu aja."

Defi menepuk bahu Keira. "Jangan lepasin orang yang begitu tulus sayang ke kamu, daripada kamu berharap dengan lelaki yang tak pernah melihat kamu sebagai wanita." Setelah berucap itu Defi pun berlalu pergi ke kamar mandi.

Keira terdiam, ucapan Defi memang benar. Hanya perempuan itu yang saat ini tahu isi hati Keira. Ingin cerita dengan Saleta, ia telah jauh di Ausie sana dan tentu sibuk dengan kuliahnya serta waktu yang berbeda.

Keira kembali menelangkupkan diri di kasur dan kembali mewarnai buku skesta-nya. Ia selalu teringat dengan ucapan Ken kala itu. "Kalau kamu lagi sedih, ambil pensil warnamu, bakar semangatmu kembali agar kamu ingat tujuan hidup kamu bukan hanya mengejar cinta tetapi juga cita-cita."

Ponsel Keira berdering nama Rafi menari-nari di layar. Keira mengusapnya lalu suara Rafi terdengar menyapa. "Libur, Kei?"

"Heem, besok masuk pagi. Kenapa?"

THIS IS ME, KEIRA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang