KEIRA || DUA PULUH EMPAT

55 6 0
                                    

Happy Reading

🔥🔥🔥

"Aku pasti akan merindukan kamar ini," gumam Keira.

Keira berjalan ke arah balkon untuk menutup jendela, kemudian ia memeriksa tas ranselnya untuk memastikan barang yang diperlukan tidak ada yang tertinggal. Keira akan berangkat ke Batam hari ini setelah satu minggu yang lalu mengikuti rangkaian tes rekrutmen PT. JMS Batam. Keira juga tak menyangka akan secepat ini berangkat.

Kabar keberangkatan Keira tentu saja telah sampai di telinga Rafi. Laki-laki itu sangat antusias menunggu kedatangan sang adik, meski nanti mereka tak akan tinggal bersama karena Keira diwajibkan tinggal di dormitori-asrama karyawan yang berada di satu kawasan dengan perusahaan.

Keira menutup matanya sejenak, menghirup dalam-dalam aroma kamarnya yang sudah sejak kecil ia tempati. Lalu ia membuka mata kembali melihat jam yang ada di dinding sudah menunjukkan hampir pukul delapan pagi.

"Masih ada waktu tiga puluh menit," ujar Keira lirih. Lalu ia mengambil ponselnya.

Keira : Mas Rafi, aku berangkat hari ini kumpul di Disnaker dulu. Kemungkinan sampai Batam sore, penerbangan pukul setengah satu. Nanti Keira kabari tinggal di dormitori blok apa? Kei, nggak bawa oleh-oleh banyak. Cuma bawain gudeg sedikit buat mbak Salma, yang katanya lagi ngidam.

Huft!
Hembusan napas pelan Keira keluarkan.

Seharusnya Keira bahagia, kan?
Ia akan bertemu dengan Bima dan kembali berdekatan.

Keira menyeret kopernya pelan, langkahnya terayun menuju ke pintu. Ia menutup pelan dan segera berjalan menuruni anak tangga. Di bawah sudah ditunggu oleh ayah dan ibu. Ayah sengaja hari ini akan ke kantor siang hari, meluangkan waktu mengantar Keira sampai ke Disnaker.

Tampak raut sedih di wajah ayah dan ibu. Tetapi kembali lagi semua ini adalah keputusan Keira yang sudah didukung oleh keduanya.

"Jangan lupa pesan Ibu, ya, Nak." Ibu menghampiri Keira yang berhenti di ujung tangga. Membantu sang putri membawa kopernya.

"Jangan lupa kabari Mas Rafi," ucap Ibu. Beliau mengamit lengan sang putri.

Keira tahu, ibu hanya menyamarkan rasa sedihnya dengan berbicara banyak pada putri tercintanya.

"Udah siap semua, Nak? Ayo, nanti telat," ujar Ayah dengan tersenyum.

"Ayah, Ibu," panggil Keira. Ia pun menghambur ke pelukan Ayah.

"Hati-hati di sana, ya, Nak. Ingat kamu ke sana kerja, belajar mandiri. Dua tahun saja sesuai kontrak dan segera kembali untuk kuliah di sini. Hutang Ayah untuk pendidikanmu, Kei," ucap Ayah sembari mengusap puncak kepala Keira.

Keira mengangguk, ia lebih memilih terdiam merasakan kehangatan pelukan ayah dan usapan lembut tangan ibu di punggungnya.

"Ayah dan ibu akan ke Batam saat Salma lahiran nanti," ujar Ibu.

Keira mengurai pelukannya, senyum pun ia berikan kepada ayah dan ibu. Binar bahagia pun tersirat di kedua matanya.

"Beneran, Yah?"

Ayah mengangguk.

"Ayah dan Ibu usahain setahun sekali ke sana."

Keira kembali memeluk ayah. "Terima kasih, Ayah, Ibu. Keira nggak akan sedih jika seperti ini, setidaknya Keira nggak akan terlalu kangen jika setahun sekali Ayah dan Ibu datang, walau Keira di asrama tetapi Sabtu Minggu kalau libur boleh kok nginep di luar."

"Ya udah, yuk berangkat!" ajak Ayah.

Pada akhirnya mereka pun keluar dan naik ke mobil, sepanjang perjalanan menuju Disnaker, ibu masih saja memberikan petuah-petuah bijaknya. Keira hanya terdiam dan memasukkan semua pesan-pesan ibu ke dalam memori otaknya.

THIS IS ME, KEIRA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang