Happy reading
***
"Kei," panggil Rafi.
Keira sedang duduk di ayunan rotan yang ada di balkon kamarnya pun menoleh ke arah Rafi yang duduk di lantai. "Kenapa?"
"Kok aku sedih, ya?" Rafi beranjak dari duduknya, lantas ia meminta Keira untuk menggeser duduknya kemudian ikut duduk bersama Keira di ayunan rotan dengan alas bantal empuk serta bantal kecil untuk menutupi paha.
"Kenapa emangnya, Mas?"
"Kamu mau ke Bandung, padahal dua hari lagi kamu ulang tahun." Rafi merangkul bahu Keira. "Mas, nggak bisa nyusulin."
Keira tersenyum, setelah tujuh hari selesai UAS dan remidi-an, akhirnya hari lagi libur semester kenaikan kelas tiba. Keira yang rencana akan nge-camp bersama Rafi, Ken dan Bima pun akhirnya gagal.
"Cuma tiga hari aja, Mas."
"Pas hari ulang tahunmu, kamu masih di Bandung, Kei. Ulang tahun pertama kamu jauh dari keluarga. Kok jadi Mas yang sedih, mikirin kamu di sana nanti gimana?"
Keira tertawa kecil, kakaknya ini memang sangat perhatian sekali. "Ya nggak kenapa-kenapa, 'kan Keira lomba, lagian bisa video call, Mas," ucap Keira. Ia mendongak menatap wajah Rafi.
Ada keinginan untuk mengungkapkan perasaan yang mengganggu hati Keira. Ingin rasanya mengatakan jika Keira rindu dengan Bima, sudah genap dua minggu Keira tak berkomunikasi dengan Bima, bahkan untuk tahu kabarnya saja Keira bertanya dengan Ken.
"Mas,"
"Apa?" Rafi menggerakkan kakinya yang di lantai agar ayunan itu bergoyang, sembari menatap langit penuh bintang.
"Ehm, Mas tahu pacar Mas Bima?"
Rafi menatap wajah Keira. "Kenapa?"
"Pas Keira ke mal itu, beli kado buat perempuan yang waktu itu dikasih tahu ke Keira pas di kafe itu, beneran udah jadian?" tanya Keira.
Rafi mengerjap. "Emang kenapa?"
"Nanya aja, sih."
Setelah itu tak ada jawaban dari Rafi, Keira ikut terdiam. Hanya bising angin yang menerpa dedaunan terdengar. Keira pun menguap, tidak biasanya ia sudah mengantuk. Mungkin karena esok akan berangkat ke Bandung sehingga alarm di otaknya sudah tersetel untuk tidur lebih awal untuk mengumpulkan konsentrasi.
"Aku tidur dulu ya, Mas. Nggak usah dipikirin tentang pertanyaan Keira tadi, cuma penasaran aja sama Mas Bima, habis dikasih kado pilihan Keira itu trus jadian nggak?"
Keira beranjak dari duduknya, masuk kembali ke kamar diikuti oleh Rafi. "Kei, kamu ada masalah sama Bima?"
Keira menggelengkan kepala, ia mengambil handuk kecil di dekat kamar mandi yang terletak di kamarnya. "Cuma tanya aja kok, udah dua minggu keknya aku nggak komunikasi, Kei terlalu fokus dengan UAS."
Sebelum Keira masuk ke kamar mandi, Rafi tersenyum kepada adiknya lantas mengusap kepala Keira dan mengacak rambutnya. "Kamu cantik, setelah umur tujuh belas tahun nanti, kamu pasti akan dapat lelaki terbaik, jangan jatuh cinta dulu, ya."
Keira tertawa dan lalu memukul lengan Rafi. "Mas Rafi apaan sih, dah sana keluar. Keira mau ke kamar mandi dulu."
Rafi mengangguk setelah itu ia keluar dari kamar Keira.
Ada rasa gusar di hati Keira, ia takut jika Rafi mengetahui kalau Keira jatuh cinta dengan sahabatnya.
Angin berembus melewati jendela balkon kamar Keira yang belum tertutup sempurna, setelah dari kamar mandi Keira berjalan ke arah balkon untuk menutup tirai dan jendela. Meski sebenarnya masih ingin berteman dengan angin yang berembus dingin menerpa kulit tubuh, setidaknya angin malam itu membuat Keira sedikit tenang untuk menghadapi hari esok ke Bandung.
KAMU SEDANG MEMBACA
THIS IS ME, KEIRA [TAMAT]
Teen Fiction[Follow dulu yuk! Sebelum membaca] *** Jatuh cinta dengan sahabat kakak sendiri itu sih sebenarnya sah-sah saja. Namun, apa jadinya jika sahabat kakak hanya menganggap sebagai adik? Apakah perlu tetap dikejar? Atau menyerah dan menerima saja? Sep...