Happy Reading
***
"Mas, nggak malam mingguan?" tanya Keira.
Rafi yang ada di ruang TV bersama Ayah setelah makan malam pun menggeleng.
"Mau marahin kamu," jawabnya.
Keira mendengkus, lalu ia pun pamit naik ke kamar setelah memberikan ciuman kepada Ayah dan Ibu. Pun dengan Rafi ia segera beranjak dari duduknya dan ikut naik ke kamar, setelah sebelumnya Ayah berkata, "Jangan terlalu keras sama Keira, nanti malah dia tertekan. Trus lakuin hal yang malah di luar batas."
Rafi mengangguk.
"Tenang aja, Yah. Rafi tahu, kok."
Setiba di kamar, Keira memang belum mengantuk. Lalu ia mengambil buku sketsa dan satu paket pensil warna, ia berjalan ke arah balkon dengan membawa serta ponselnya. Kemudian duduk di kursi ayun rotan.
Ketukan pintu pun terdengar. Rafi memanggil, "Mas masuk ya, Kei."
"Masuk, Mas," sahut Keira.
Keira kembali menutup buku sketsa-nya, meletakkan buku tersebut di paha. Rafi bergerak semakin mendekat, ia pun ikut duduk di ayunan rotan tersebut.
Tangan Rafi pun merangkul bahu Keira, lalu bergerak naik ke puncak kepala untuk mengusap rambut sang adik.
"Mas nggak marah kok, cuma sebel aja. Kok berani bohong," ucapnya.
Keira mendongak, menatap wajah sang kakak.
"Keira nggak bohong, tadinya emang mau pergi dengan Saleta, tapi ... tiba-tiba saja dia nggak bisa, trus nitipin aku ke Arga, jadi Saleta yang minta Arga nemenin aku."
Rafi mengangguk paham.
"Mas," panggil Keira.
"Kenapa?" Rafi menyahut lalu ia melihat wajah Keira.
"Tadi Arga nembak aku, trus aku nolak. Kira-kira Arga akan marah, nggak?"
Keira mengembuskan napasnya. "Karena emang aku nggak ada rasa apa-apa sama dia," ucapnya kemudian.
Rafi terkekeh. "Nembak kamu? Berani sekali, ya?"
Keira mengangguk.
"Ini yang Mas khawatirkan, sebentar lagi Mas ninggalin kamu, jaga diri baik-baik, ya. Mas nggak bisa ngawasi kamu lagi, tapi Mas tetap bisa doain kamu. Walau nanti Mas nikah, kamu dan ibu tetap menjadi wanita paling istimewa di hati Mas."
"Mas beneran mau pergi?"
Rafi mengangguk.
"Mas akan coba keluar dari zona nyaman keluarga, Kei. Batam itu nggak jauh masih Indonesia, kamu bisa ke sana kalau liburan semester nanti. Mas berharap kamu bisa benar-benar kuliah di luar negeri," ucap Rafi.
Tatap keduanya masih bertemu, keterikatan hati antara adik dan kakak itu memang sangat erat.
"Kalau lihat mata kamu gini Mas jadi ingat." Rafi meraih tangan Keira lalu digenggamnya. "Dulu, waktu kamu lahir Mas nangis, Mas ngerasa kamu bakal menjadi yang utama dan Mas terabaikan, tapi ternyata enggak. Ayah dan Ibu tetap memperlakukan sama, meski bergantian. Mas cukup egois saat itu, kalau lihat kamu digendong sama Ibu, kakimu aku tarik-tarik. Harusnya Ibu marah, kan? Tapi, enggak!"
KAMU SEDANG MEMBACA
THIS IS ME, KEIRA [TAMAT]
Teen Fiction[Follow dulu yuk! Sebelum membaca] *** Jatuh cinta dengan sahabat kakak sendiri itu sih sebenarnya sah-sah saja. Namun, apa jadinya jika sahabat kakak hanya menganggap sebagai adik? Apakah perlu tetap dikejar? Atau menyerah dan menerima saja? Sep...