KEIRA || TIGA PULUH SATU

81 7 0
                                    

Happy Reading

🔥🔥🔥

Keira turun dari ranjang setelah Ken pergi keluar kamar. Ia mencari tasnya untuk mengambil ponsel kemudian duduk di tepian ranjang, menggulir ponsel dan membaca pesan-pesan yang masuk.

Defi : Kei, kamu nggak pulang?

Keira tersenyum. Di Batam ini selain Rafi orang yang paling mengkhawtirkan dirinya adalah Defi.

Keira : Aku nginep di rumah kakakku. Maaf ya baru balas! Siangan aku pulang.

Ya, pesan masuk sejak pukul sebelas malam baru sempat Keira buka dan balas.

Keira segera masuk kamar mandi. Memegang bra-nya masih basah lalu ia menunduk. "Duh, masih basah! Gimana ini? Dikeringin mesin cuci aja dulu, ya. Tapi, di dapur ada mas Ken. Aku malu! Kalau nggak pakai bra, duh, risi!"

Setelah selesai mandi Keira langsung memakai baju yang kemarin ia pakai untuk ke rumah Bima, kaus dan sweter rajut serta celana jeans.

"Untungnya pakai kaus dan sweter, jadi bisa nutupin dada."

Keira hendak membuka pintu kamar setelah selesai memakai baju dan menyisir rambutnya. Tetapi ia urungkan ketika mendengar suara Bima yang sedikit berteriak. Keira berdiri di belakang pintu mencoba mendengarkan perdebatan dua sahabat itu.

"Kamu apain Keira? Mana dia?" tanya Bima dengan lantang.

Keira menghela napas panjang dan memejamkan mata.

"Masih peduli kamu sama Keira? Nggak sadar kamu sudah ngajarin Keira apa? Berengsek!" ucap Ken.

"Mana Keira? Bangsat!" umpat Bima.

Ken menatap tajam Bima yang ada dihadapannya. Ia sudah tak bisa menahan emosi. "Lebih berengsek mana? Ngajak nginep Keira atau ngajarin Keira mabuk? Jawab!" gertak Ken.

Bima juga tak mau kalah, tangannya sudah mengepal. "Kamu ajak tidur dia? Dalam kondisi mabuk? Apa itu nggak lebih berengsek?" ujar Bima.

Ken berdecih. "Mana ada laki-laki berengsek mau ngaku jadi berengsek?"

Keira yang mendengar umpatan demi umpatan itu tak tahan. Ia mengambil tasnya lalu keluar dari kamar Ken.

"Sudah! Kalian berdua nggak salah, ini semua salah Keira," seru Keira. Ia berjalan mendekat kepada dua lelaki itu dan berdiri di antara mereka.

"Mas Bima! Mas Ken nggak salah dia udah nolong Keira ngasih tempat tidur yang nyaman dan baju ganti. Mas jangan berpikir buruk, Mas Ken tadi malam pergi dari rumah ini biar Keira bisa tidur."

Keira menghela napasnya sejenak.

"Dan, Mas Ken! Mas Bima juga nggak salah, bukan Mas Bima yang ngajakin Keira ke club itu, tapi memang Keira sendiri yang mau ikut."

Hening terjadi.

Keira mengambil napas dalam lalu mengeluarkan dengan pelan.

Dua sahabat itu tak pernah adu mulut, tetapi gara-gara Keira keduanya saling mengumpat.

Keira baru sadar, jika larangan Rafi untuk keduanya mendekati Keira itu benar adanya. Persahabatan bisa hancur karena sebuah perasaan yang bernama cinta.

Sekarang semua telah terjadi.

"Keira mau pulang. Kei, bisa pulang sendiri. Maaf telah merepotkan kalian, aku harap setelah ini, kita nggak usah ketemu lagi. Biarkan Kei melupakan kalian, untuk Mas Bima atau Mas Ken, jangan main ke dormitori lagi atau pun hubungi Kei. Kembalilah kalian bersahabat, maafkan Kei sekali lagi,"  ujar Keira. Ia menahan sesak dadanya ingin segera menangis.

THIS IS ME, KEIRA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang