Happy reading
***
Hari kedua di Bandung, bersyukur Keira mempunyai alarm pagi yang ada di Jogja, dialah Ibu yang membangunkan Keira dengan suara lembutnya meski hanya lewat panggilan suara.
Setelah kemarin dibuat kacau oleh Arga. Hari ini Kiera akan kembali fokus untuk mengikuti lomba.
Ia masih ingat perkataan Arga. 'Kita jalan bentar yuk, Kei. Keliling Bandung, banyak taxi online kok atau kita nyari rental motor, kapan lagi kita bisa liburan berdua gini.' Ucapan yang manis, jika itu yang berbicara adalah orang spesial di hati, tetapi memang Keira belum mau atau tepatnya tidak bisa membuka hati terlebih dahulu sebelum usia tujuh belas tahun. Berbeda dengan Arga, mungkin pernah berpacaran karena memang ia menjadi cowok populer.
Pak Ilyas seperti biasa memberikan briefing sebelum anak-anak berangkat ke tempat perlombaan. Dengan bekal percaya diri, do'a dan semangat dari orang-orang tersayang Keira yakin ia bisa masuk tiga besar.
Arga berdiri tepat di sebelah Keira berkata lirih, "Semangat ya, Kei."
Keira terdiam, ia lebih fokus mendengarkan Pak Ilyas. Setelah selesai, semua masuk mobil jemputan. Lima belas menit kemudian mereka telah sampai di tempat lomba, ada ratusan peserta dari puluhan sekolah dari seluruh Indonesia.
Sebelum masuk semuanya melakukan registrasi dan mengambil tanda peserta, Keira mendapat nomer peserta sepuluh ia akan mewakili desain poster dengan Adit. Sedangkan Rina dan Arga mereka mengikuti di perlombaan desain digital art. Sama-sama menggambar hanya beda media, Keira dan Adit dengan pensil dan kertas sementara Arga dan Rina dengan komputer.
Huft!
Helaan napas Keira terdengar sedikit kasar, ia mencari tempat duduknya lantas mengeluarkan alat-alat gambar dan menerima kertas dari panitia.
Sebelum mulai tak lupa Keira berdo'a, ada tambahan semangat setelah membaca pesan dari Rafi.
My beloved brother : Semangat! Jangan takut kalah, namanya lomba pasti ada yang menang dan kalah. Kamu udah hebat sampai ke situ. Pulang nanti Mas ada kejutan buatmu. Happy Birthday, My little sister.
Sungguh, ulang tahun kali ini begitu menyedihkan untuk Keira. Tak ada kue di pukul dua belas malam dari Rafi dan kedua orang tuanya, tak ada sarapan pagi dengan nasi kuning buatan Ibu, dan tak ada kejutan kotak kado di depan kamar Keira tepat pada tanggal saat Keira dilahirkan.
Namun, demi baktinya kepada sekolah. Keira tepis rasa sedih itu, ia ganti dengan semangat agar bisa membawa pulang gelar juara bisa membawa medali bukan hanya sertifikat tanda ikut lomba.
Dua jam waktu yang diberikan oleh panitia untuk menyelesaikan desain, puluhan anak menunduk serius dengan kertas gambar masing-masing. Terkadang Keira melirik hasil peserta lain yang membuat ia insecure dengan hasil karyanya sendiri.
"Ingat, Kei. Jangan bandingkan dengan hasil orang lain. Selesaikan dengan terbaik, kamu menggambar dengan hati, sesuaikan dengan tema dan sketsamu, urusan hasil itu semua bonus. Yang penting kamu mampu melewati perlombaan ini." Keira bergumam sendiri, mencoba menaikkan kepercayaan dirinya.
Bukankah memang tidak ada karya yang jelek? Jika itu dibuat dengan sepenuh hati.
Waktu yang diberikan oleh panitia telah habis. Keira kembali merapikan alat gambarnya, melihat hasil karyanya sekilas sebelum panitia mengambilnya. Keira cukup puas dengan yang ia gambar. Pak Ilyas juga tak akan sembarangan untuk memilih siswa yang dikirim dalam lomba, tentu saja setelah melewati seleksi dan Keira bangga akan itu ia kembali mewakili sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
THIS IS ME, KEIRA [TAMAT]
Подростковая литература[Follow dulu yuk! Sebelum membaca] *** Jatuh cinta dengan sahabat kakak sendiri itu sih sebenarnya sah-sah saja. Namun, apa jadinya jika sahabat kakak hanya menganggap sebagai adik? Apakah perlu tetap dikejar? Atau menyerah dan menerima saja? Sep...