Happy Reading
🔥🔥🔥
"Kei ... Kei," panggil Saleta dengan sedikit berteriak.
Keira yang sedang keluar dari toilet pun menghentikan langkahnya dan lalu menoleh ke Saleta. "Kenapa? Kayak ketemu hantu aja mukanya," tanya Keira.
Saleta mengatur napasnya.
"Kamu ketemu Jasmin waktu di mal?"
Kening Keira mengerut. "Kapan?"
"Pas itu loh, aku minta Arga nemenin kamu."
Keira mencoba mengingat-ingat. Pasalnya ia tak menemui Jasmin, apa karena saat itu Keira sibuk menunduk melihat ponselnya hingga tak menyadari apa pun.
"Enggak, tuh! Kenapa, sih?"
Saleta pun menarik pergelangan tangan Keira untuk berjalan menuju ke kelas.
"Tadi di kantin geng-nya Jasmin pada ngomongin kamu, makanya aku nanya kemarin kamu ketemu, nggak?"
Keira manggut-manggut.
"Nggak sih, tapi entah kalau Arga. Emang apa yang diomongin?" Keira masih menanggapi dengan santai, toh emang ia nggak salah.
"Jasmin kesal sama kamu, kamu dibilang pihak ketiga dari putusnya Jasmin dan Arga," jelas Saleta.
Kedua mata Keira membulat. "Kok bisa? Aku aja sama Arga nggak ada apa-apa, emang mereka pacaran, ya? Arga bilangnya nggak, tuh!"
Bel tanda masuk pun berbunyi dan terdengar oleh Keira dan Saleta. Obrolan mereka pun terpaksa berhenti dan bergegas masuk ke kelas yang masih berjarak beberapa meter.
Setiba di kelas, Keira masih berpikir tentang apa yang dibicarakan oleh Saleta. Ia pun mengambil ponselnya lalu mencari nama Arga. Jika tak ada keperluan, Keira malas sekali WhatsApp Arga duluan.
Keira : Ga, beneran ada gosip di sekolah tentang aku ya?
Keira kembali menyimpan ponselnya di tas, ketika guru Matematika telah tiba di dalam kelas. Pelajaran di siang hari pun dimulai. Jam-jam yang membuat mata semakin mengantuk dan otak yang tak begitu lagi segar, dibutuhkan konsentrasi penuh untuk mengikutinya.
Membosankan!
Keira kembali mengeluh, ketika empat puluh lima menit yang lalu ia masih bisa mengikuti pelajaran Matematika, kali ini di jam berikutnya adalah pelajaran Ekonomi yang memaksa Keira dan teman sekelas untuk mendengarkan dongeng di siang hari.
"Leta, aku ngantuk sekali," keluh Keira. Ia pun menyenggol lengan Saleta.
Saleta hanya terkikik melihat mimik wajah Keira yang tak ada gairah belajarnya.
"Gambar gih, buruan!"
Keira mengangguk. Ia mengambil pensilnya lalu mencoret-coret buku pelajaran, menggambar karikatur memakai baju desainnya. Jika sudah asyik dengan menggambar, ia pun jadi lupa dengan rasa kantuknya meski konsekuensinya ia tak fokus kepada pelajaran yang sedang berlangsung.Begitulah Keira, ia selalu mengandalkan catatan Saleta untuk mengejar ketertinggalan pelajaran. Meski berada di dalam kelas, tetapi pelajaran itu sama sekali tak masuk di otak Keira.
***
Di gerbang sekolah kali ini Keira berada, ia sedang menunggu Rafi yang sejak lima belas menit lalu mengatakan sudah di jalan. Bukan Rafi jika tak melebihi waktu yang dijanjikan, sejak sibuk dengan skripsinya, pria itu makin kesusahan membagi waktu.
Sembari menunggu dan mengusir kebosanan, Keira mengeluarkan ponselnya. Sejak tadi ia belum membuka pesan balasan dari Arga.
Ia pun tersenyum melihat tumpukan pesan yang belum dibaca di ruang chat bersama Arga.
KAMU SEDANG MEMBACA
THIS IS ME, KEIRA [TAMAT]
Ficção Adolescente[Follow dulu yuk! Sebelum membaca] *** Jatuh cinta dengan sahabat kakak sendiri itu sih sebenarnya sah-sah saja. Namun, apa jadinya jika sahabat kakak hanya menganggap sebagai adik? Apakah perlu tetap dikejar? Atau menyerah dan menerima saja? Sep...