Happy reading
***
"Mas Rafi, lama banget!" gerutu Keira.
Gadis itu telah menunggu lima belas menit sejak kedatangannya di sekolah. Dengan tas ransel dan satu tote bag berisi peralatan gambar, Keira mendengkus di gerbang sekolah.
"Bareng aku aja yuk, Kei."
Lagi dan lagi suara ajakan Arga terdengar, pria itu melewati Keira dengan motornya. Ya, Arga meninggalkan motornya di sekolah sehingga ia bisa langsung pulang tanpa menunggu jemputan.
"Ehm, enggak. Duluan aja, aku ada Mas Rafi yang jemput."
"Ya udah, aku temeni sampai Mas Rafi datang, ya."
Arga mematikan mesin motornya, lantas ia turun dan ikut berdiri di samping Keira.
Terdiam, itu yang Keira lakukan. Tidak tahu mau berbicara apa.
"Kei, aku__ " Baru saja Arga hendak membuka percakapan dengan Keira, ada mobil berhenti tepat di hadapan mereka.
Keira tersenyum ketika kaca jendela mobil itu diturunkan, melihat Rafi datang dengan mobil Bima.
Arga mengumpat, "Shit! Gagal lagi."
"Ga, Mas Rafi udah datang, aku duluan ya. Sekali lagi makasih kadonya. Bye!"
Arga hanya mengangguk, ia paksakan juga untuk tersenyum, hingga Keira masuk ke mobil dan meninggalkan area sekolah Arga segera naik ke motornya mengikuti Keira yang sudah berlalu.
Di mobil yang Rafi kemudikan, Keira tersenyum lebar. Ia bisa melepas rindu dengan kakaknya yang begitu baik. Rafi tak lupa mengacak rambut panjang Keira yang dibiarkan tergerai untuk melampiaskan rasa rindunya.
"Aku pikir Mas Bima yang jemput," ujar Keira.
Rafi terkikik. "Tadinya mau jemput pakai motor, trus inget jika kamu pasti lelah dan bawa barang banyak, ya udah Bima pas ke rumah ya aku pinjem aja."
"Mas Bima di rumah?" tanya Keira.
"Heem, sama Ken. Nugas, Kei. Kami udah mau lulus, jadi banyak tugas sebelum ngajuin skripsi."
Keira manggut-manggut, ya memang seharusnya ini menjadi tahun terakhir Rafi menyelesaikan strata satunya.
"Entar malam mau diajakin ke pasar malam, mau?" tanya Rafi.
"Sama siapa?"
"Ken, Bima dan Mbak Salma. Ya itung-itung sebagai hadiah ulang tahunmu. Mas nggak lupa kok kasih kotak kado di depan pintu kamarmu, udah Mas letakkan seperti biasa pas tanggal lahirmu," ucap Rafi. Lalu ia mengusap puncak kepala Keira. "Selamat enam belas tahun, ya. Jadi anak baik, pinter dan cantik, tahan bentar untuk nggak jatuh cinta. Bentar lagi tujuh belas tahun."
Keira mengembungkan pipinya, rasa haru kembali menyeruak.
"Makasih, Mas."
"Sama-sama, Ibu dan Ayah juga tak lupa kok kasih kado di depan pintu kamarmu, meski kamu nggak ada semua tetap Ibu lakukan, cuma nasi kuningnya baru dimasak hari ini, buat makan siang."
KAMU SEDANG MEMBACA
THIS IS ME, KEIRA [TAMAT]
Teen Fiction[Follow dulu yuk! Sebelum membaca] *** Jatuh cinta dengan sahabat kakak sendiri itu sih sebenarnya sah-sah saja. Namun, apa jadinya jika sahabat kakak hanya menganggap sebagai adik? Apakah perlu tetap dikejar? Atau menyerah dan menerima saja? Sep...