1. Hari yang Berat

269 31 148
                                    

Jangan pernah jadiin bunuh diri sebagai jalan keluarnya. Masih banyak hal-hal baru yang belum kamu temui, masih banyak makanan yang belum kamu coba, masih banyak tempat wisata yang belum kamu kunjungi.

-CeriGala-

Hanya sebuah rasa kecewa yang mengiringi langkah kaki Gala Akihiko saat keluar dari ruang perlombaan melukis. Lomba nasional yang ia idam-idamkan dan dipersiapkan dengan baik justru membuahkan hasil yang buruk. Ya, Gala kalah dari ajang perlombaan itu dengan alasan yang sama seperti lomba sebelumnya, yaitu buta warna. Lagi dan lagi, Gala harus menerima kenyataan pahit ini.

Napasnya terengah-engah. Gala berlari menjauh dari sana. Sejauh apa dia bisa menghindari perasaan kecewa? Amarah dan kecewa yang melekat dalam langkah, terbayang setiap saat. Bagaimana Gala lari dari semua itu?

Ditambah lagi, ia telah menjadi bahan tawa orang-orang yang berada di area perlombaan dikarenakan Gala salah mewarnai lukisan. Sesekali Gala menendang kerikil kecil yang terdapat di jalanan, dengan tujuan melampiaskan segala amarah yang dirasakan.

"Kadang hidup itu kayak Angry Bird. Kalau gagal ada aja babi yang ketawa," umpat Gala.

Pria berambut hitam itu memperlambat langkah kala sampai di atas jembatan. Embusan napas berat terdengar darinya. Akan tetapi, pandangannya teralih oleh seseorang lain yang berada tak jauh dari hadapannya. Terdapat seorang gadis yang berdiri di tepi jembatan sambil membuka kedua tangan lebar-lebar.

Gala terkesiap. Ia refleks berlari cepat dan melingkarkan tangannya pada pinggang gadis itu dari belakang. Karena tarikan Gala terlalu kencang, tubuh mereka berdua saling bertabrakan. Gala membelalak saat tubuhnya merasa tertumpuk. Posisi mereka menjadi sangat dekat. Tatapan dari keduanya lekat menatap satu sama lain. Disertai embusan napas mereka yang terasa jelas di permukaan kulit masing-masing.

Gala kontan mendorong tubuh gadis itu agar menjauh dari dirinya. Sedangkan korban langsung meringis kesakitan karena terhempas cukup keras. Lalu, ia berdiri menatap Gala penuh amarah.

"NGGAK USAH MAIN DORONG-DORONG CERI BISA NGGAK? NGGAK SOPAN!" teriaknya kesal.

Gala sontak berdiri dan menepuk area tubuh yang kotor. Ia menautkan kedua alis. "Udah ditolong bukannya terima kasih malah marah. Nggak tau diri banget," sahut Gala.

Ceri mengepalkan kedua tangannya erat. "Kamu udah gagalin rencana Ceri, dasar pria jahat!"

Gala membenarkan posisi kacamatanya yang sedikit melorot. "Oke, kalau aku dorong lagi gimana biar kamu jatuh?"

"Lagi pula, mau ngapain ngelakuin hal yang membahayakan diri kayak tadi? Tujuannya apa, hah? Bunuh diri itu nggak bisa menyelesaikan masalah, malah menambah masalah kita di akhirat."

"Masih muda mau bunuh diri, gedenya jadi apa nanti," sambar Gala.

Gadis berambut pendek itu menurunkan kedua sudut bibir. Ia menunduk. "Kamu nggak tau apa yang Ceri rasakan. Kamu nggak tau apa yang Ceri alami!" Gadis bernama Ceri itu mendongak. "Kamu nggak tau apa sebabnya Ceri ngelakuin ini semua!" lanjutnya bernada tinggi.

Gala berdecak. "Gimana mau tau? Kita aja baru ketemu," timpal pria itu. Gala memajukan langkah lebih dekat dengan Ceri. "Lagi pula, kamu siapa? Kenapa kamu mau melakukan hal kayak gitu?"

Gadis di hadapannya mendengkus dengan tangan yang bersedekap. "Nggak usah sok kenal sok deket sama Ceri!" sahut Ceri yang masih memasang wajah kesal.

CeriGala [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang