Seberapa pun cueknya seseorang, masih ada kebaikan di dalam dirinya.
-CeriGala-
Semalaman, Ceri belum juga keluar dari kamar. Gala yang sibuk memasak untuk Ceri itu merasa risau. Ia terus merutuki dirinya sendiri. Mengapa Gala melakukan kebodohan seperti tadi? Pria itu bergerak sedikit gusar. Pikirannya tak keruan, hatinya acak-acakkan sambil menatap makanan yang sudah dihidangkan di meja makan.
Ia mengembuskan napas panjang. Mondar-mandir tak ada tujuan. Dengan tekad yang kuat, Gala memberanikan diri untuk melangkah ke depan pintu kamarnya lagi. Tangan kanannya yang hendak mengetuk pintu untuk kesekian kali diurungkan. Gala tidak yakin dengan pemikirannya sendiri. Namun, dalam hati ia mati-matian untuk meyakinkan tekadnya sedari tadi.
Tok, tok, tok!
Mengetuk pintu sebanyak tiga kali rupanya tak membuat Ceri keluar dan menemui. Gala berdecak pelan. Cara apa lagi yang harus dilakukan?
"Ceri?" panggilnya ragu.
Tak ada jawaban yang didapat. Pria itu baru menyadari, sedikit pun perlakuan darinya yang terasa menyakitkan untuk Ceri, maka gadis tersebut akan langsung kena mental. Bisa dibilang baperan.
Berbeda dengan Gala yang memiliki prinsip bodoamat dan sisi keegoisan tinggi. Ia tak memiliki waktu untuk meladeni orang-orang yang tidak begitu berperan penting di hidupnya. Gala juga tipikal pria yang selalu menutupi telinga saat orang lain membicarakan keburukannya.
Meladeni seseorang yang membicarakan keburukan tanpa tau kenyataan adalah hal yang cukup melelahkan. Itu lah sebabnya Gala tidak termasuk ke dalam tipe tersebut.
Pria itu kembali berpikir keras. Ia mengetuk pintu, lalu membuka suara lagi, "Ceri ... ini udah malam, ayo kita makan."
Suara yang terdengar lebih lembut daripada biasanya. Nada bicara yang tak banyak orang mendengarkannya dari seorang Gala Akihiko yang terkenal dengan wajah datarnya.
Karena tak digubris sama sekali, Gala menyerah kali ini. Ia akan membiarkan Ceri untuk menenangkan diri. "Ya, udah, kalau kamu nggak mau untuk makan malam bersama, nggak pa-pa. Aku makan duluan, ya," pamit Gala yang hendak beranjak pergi.
Namun, suara decitan pintu yang terdengar membuat Gala mengurungkan tubuhnya untuk melangkah. Pria itu sontak memutar kepala. Dari sela pintu, terlihat wajah Ceri yang mengintip.
"Tunggu. Ceri laper, Ceri mau makan," jedanya lirih.
Gala pun menghela napas lega. Tanpa membalikkan tubuh, ia menjawab, "ayo makan, udah kupersiapkan."
Ceri belum bergerak dari balik pintu yang sedikit terbuka. Gadis itu mengecurutkan bibir. "Mau digendong Gala," rengeknya.
Mendengar itu, Sang pemilik nama kontan membalikkan tubuh. Tatapannya yang sinis itu tertuju langsung ke mata Ceri. "Nggak usah manja. Makan tinggal makan," ketus Gala.
Ceri mengembuskan napas. "Ya, udah. Ceri malas makan." Gadis itu hampir saja menutup pintunya lagi. Akan tetapi, Gala dengan cepat menahannya menggunakan lengan. Tanpa banyak basa-basi, Gala menurunkan tubuh sambil membelakangi Ceri.
"Cepet naik," suruhnya.
Ceri mengerjap. Bukannya menuruti, Ceri malah terdiam. Hal itu membuat Gala berdecak. "Ku hitung sampai tiga, kalau kamu nggak naik nanti ku tinggal ke meja makan."
"Satu ...."
Gadis di hadapannya masih terdiam. Tak habis pikir dengan perlakuan Gala yang mengabulkan keinginannya saat itu juga.
"Dua ...."
Tak ingin membuang waktu lama, Ceri kontan keluar dari persembunyian dan memajukan langkah. Mendekat ke belakang punggung Gala. Ia sedikit menurunkan tubuh, lalu melingkarkan kedua tangannya pada leher Gala.

KAMU SEDANG MEMBACA
CeriGala [END]
RomanceTerpaksa mengubur mimpinya dalam-dalam adalah hal yang menyakitkan bagi Gala Akihiko. Gala melepas pekerjaannya sebagai seorang pelukis dikarenakan tidak bisa membedakan warna alias buta warna. Namun, takdir mempertemukannya dengan gadis bernama Cer...