Jangan melihat barang dari tampilannya, tapi lihatlah barang dari kegunaannya
-CeriGala-
Melewati jalanan perkotaan yang sudah ramai oleh kendaraan malam membuat Ceri merasa sedikit penat. Setelah beberapa menit ia mengikuti langkah dari Gala, akhirnya mereka pun berhenti juga. Ceri menyipitkan mata saat sampai di depan sebuah apartemen berukuran sedang.
Gala tampak memutar kepala ke belakang. Menatap Ceri dengan perasaan sungkan. "Ini apartemenku. Ayo masuk," ajak Gala.
Ceri hanya mengangguk mengikuti. Gala mulai membuka pintu apartemen disertai menyalakan lampu-lampu. Tempat yang bernuansa putih terang itu sangat terlihat rapi dan bersih. Bahkan Ceri tidak percaya dalam hati kalau tempat itu adalah tempat persinggahan seorang laki-laki.
Ceri berdiam diri di tengah pintu sambil melongo. Melihat tak ada pergerakan dari lawan bicara, Gala mendecakkan bibirnya.
"Mau masuk atau di luar tidur bareng nyamuk?" ucap Gala.
Ceri refleks memajukan langkah dan menyentuh lantai apartemen Gala. Tatapannya menggeledah seluruh sudut ruangan. Pada ruangan pertama, yang ia temui hanyalah ruang tamu seperti biasa. Namun, ada sesuatu yang menarik perhatiannya, yaitu sebuah lukisan yang terdapat di beberapa sudut dinding di sana. Ceri mendekati lukisan-lukisan tersebut yang terlihat sangat cantik dan estetik.
Mata gadis itu berbinar. Lukisan cantik yang dibaluti oleh bingkai gold tertata sangat apik.
Gala menghela napas. "Lagi ngapain? Nggak mau mandi? Bau badanmu udah kecium sampai sini," ujarnya yang berada di sofa.
Ceri memutar tubuh dengan memasang wajah tertekuk. "Kamu aja nggak kasih tau di mana kamar mandi, di mama kamarnya Ceri!" timpal gadis itu.
Sang lawan bicara tampak melepas kacamatanya sejenak, lalu membersihkannya menggunakan pembersih khusus. "Kamar mandi di bagian belakang, lurus aja, belok kanan."
Ceri menyipitkan mata dan mengarahkan pandangannya sesuai intruksi Gala. Ia akan beranjak ke sana, tetapi langkahnya terhenti tiba-tiba.
"Tapi ... Ceri nggak bawa baju apapun. Ceri nggak bawa perlengkapan mandi ...." gumamnya.
Gala yang mendengarnya kontan menepuk jidat. Ia mengembuskan napas berat. "Niat kabur dari rumahmu nggak, sih? Kabur nggak bawa apa-apa," seloroh pria itu.
"Ceri bawa sesuatu, kok."
Gala menautkan kedua alisnya. "Bawa apa?"
"Bawa tubuh," jawab Ceri.
Memuncak sudah rasa kekesalan yang ada pada diri Gala. Pria itu memakai kacamatanya kembali, kemudian menatap tajam arah Ceri.
"Sementara pakai bajuku dulu, malam ini kita harus belanja," kata Gala.
Ceri mengerutkan dahi. "B-belanja?" tanyanya terbata.
Gala hanya menjawab dengan sebuah anggukan.
"Mau belanja apa?" tanya Ceri untuk kedua kali.
Sang lawan bicara terdengar berdecak. "Kamu mau nggak pakai baju setiap hari? Nggak mau sikat gigi sama mandi? Bisa jadi manusia purba kamu kalau kayak gitu," ungkap Gala sewot.

KAMU SEDANG MEMBACA
CeriGala [END]
RomansaTerpaksa mengubur mimpinya dalam-dalam adalah hal yang menyakitkan bagi Gala Akihiko. Gala melepas pekerjaannya sebagai seorang pelukis dikarenakan tidak bisa membedakan warna alias buta warna. Namun, takdir mempertemukannya dengan gadis bernama Cer...